Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Kejadian yang Berulang dalam Memelihara Burung Kicau

Diperbarui: 9 Februari 2022   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ahmadsahidin.doc

Saya ingin berbagi lagi tentang memelihara burung kicau. Mungkin sudah lumrah bahwa orang akan empati saat ada kehilangan. Namun, tatkala hilangnya lebih dari dua kali maka akan tertawa. 

Saya bercerita pada seseorang tentang lepas burung dari sangkar. Burung yang diidamkan dan sudah mulai bunyi. Lepas di pagi hari saat ganti pakan dan air. Pintu sangkar tak tertutup rapat, ternyata burung menerobos bagian yang terbuka. Burung yang kabur itu kemade bunga api. 

Kejadian yang sama dialami saat punya burung mugimaki. Kurang dari satu minggu, burung itu saya pelihara dan sudah berkicau. Tentu saya senang karena tidak mesti menunggu berbulan bulan untuk sampai bunyi. 

Lepas lagi dengan kesalahan yang sama, pintu sangkar tidak rapat, sehingga menerobos. Kejadian tersebut disampaikan lagi pada orang yang sama. Langsung tertawa, tetapi masih ada upaya penenang dengan kata-kata agar membeli lagi karena kategori murah harganya.

Kejadian ketiga, yakni burung blue robin yang biasa disebut anis bintang atau anis manila. Burung ini baru satu minggu saya pelihara. Karena masih trotol alias muda, maka ada peluang untuk diisi dengan suara burung lainnya. 

Saya dekatkan dengan burung lain yang gacor, yang suaranya dari burung tetangga. Tujuannya agar meniru suara burung tersebut. Setiap pagi diembunkan, dimandikan, diberi pakan cacing dan ulat hongkong kemudian voer. 

Alhamdulillah kurang dari seminggu burung tersebut sudah makan voer. Sudah mulai keluar bunyi, tetapi masih lemah dan belum nyaring. 

Pada satu pagi ba'da shalat subuh, setelah diembunkan kemudian membersihkan kotoran dari sangkarnya. Terulang lagi, saat tangan mengeluarkan kotoran, dengan cepat sang burung blue robin ini bergerak keluar. Saya ceritakan pada orang yang sama. Dan langsung tertawa. 

Belum beruntung?  Tidak! Saya kira yang beruntung itu sang burung karena menjadi bebas dari cengkraman manusia. Burung itu bebas lepas dan menikmati kebebasannya. 

Memang ada perasaan yang cukup pahit, yakni mengeluarkan uang untuk membeli burung tersebut kemudian burungnya lepas dengan kesalahan tiga kali yang sama. Intinya bahwa perlu waspada dan hati-hati dalam memelihara burung. Selain karena aspek biaya, waktu, dan kotoran yang bau. Ini yang harus diingat bahwa jangan sampai terulang kejadian yang sama dan membuat sang pemelihara handeueul

Masih berbagi tentang burung. Kalau minat dengan burung kicau, ada baiknya pelajari dahulu burung yang akan dipelihara. Karena kalau sudah lihat burung-burung di pasar burung dan kios burung pasti banyak pilihan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline