Hari ini saya selesai membaca ulang buku "Tafsir Kebahagiaan: Pesan Al-Quran Menyikapi Kesulitan Hidup". Hanya tuntas baca, bukan berarti paham dan menguasai isi bukunya. Buku ini tebalnya 201 halaman. Diterbitkan Serambi Jakarta tahun 2010. Sudah dua kali cetak.Buku ini secara isi terdiri 15 artikel. Ada pengantar penulis dan biografi.
Penulisnya, Jalaluddin Rakhmat, orang yang populer dan dikenal ahli dalam mengemas kata atau kalimat dari disiplin ilmu yang susah menjadi mudah dicerna. Ini kepiawaian dari Allahyarham Kang Jalal, yang khas dan tidak dimiliki penulis lain.
Saya baca dari awal sampai akhir buku, meski menyampaikan kajian psikologi dengan contoh dari kisah manusiawi dan dibumbui dengan kutipan Alquran maupun hadis, tetapi kecakapan dalam menarasikan dalam bentuk tulisan menjadi satu kesatuan sehingga sesuai dengan judul cover buku.
Saya menduga buku ini bukan tulisan yang dirangkai oleh Kang Jalal, tetapi trankripsi dari ceramah bertajuk psikologi. Biasanya kalau ditulis langsung rujukan yang dikutip akan lengkap dan diakhir halaman buku ada pustaka.
Meski demikian, buku ini tetap bernas dan menarik dipelajari karena relevan dengan kehidupan personal manusia.
Hampir seluruh lembar buku ini tersaji tema-tema psikologi seperti sudut pandang/reframing, stress, penderitaan, bahagia, kekeliruan berpikir, prasangka buruk, mengontrol bahagia, mengatur marah, modus "menjadi", dan satu tema yang menarik menjadi penutup buku ini yakni kenangan indah (lisan shidq). Ini yang tampaknya mengunci seluruh perilaku, perkataan, dan pikiran manusia yang akan punah. Hanya kenangan indah saja yang akan terus ada di dunia ini, bahkan menjadi pahala yang dapat diambil di akhirat. Tentu kenangan indah ini berupa aneka kebaikan yang punya manfaat bagi manusia lainnya.
Buku ini lebih dominan kajian psikologi ketimbang tafsir dari Alquran maupun syarh hadis. Karena itu, pemakaian judul tafsir pada buku ini bisa dimaknai penjelasan kebahagiaan berdasarkan ilmu psikologi (an-sich) yang dibumbui rujukan agama.
Pada awal buku ini Kang Jalal menunjukkan bahwa ayat Alquran punya semangat untuk menjadikan umat Islam bahagia, lahir dan batin. Lalu, masuk pada kupasan psikologi pentingnya berpikiran sehat dan positif, menata diri untuk mengurangi keinginan dan rasa memiliki yang mencengkram dan kadang pemicu stress.
Karena itu, solusi yang ditawarkan Kang Jalal yakni kalau tak mampu untuk memenuhi keinginan diri maka timbang segala sesuatu dari fungsi dan kebutuhan hidup. Bukan sekedar perlu, tapi yang dibutuhkan itulah yang mesti didahulukan. Kalau kita bisa jalan-jalan secara free dan nikmat di taman kota, kenapa mesti bikin taman di rumah. Ini mirip konsep zuhud dalam kajian tasawuf.
Kita ketahui Nabi Saw itu bisa saja menjadi orang kaya, tetapi karena orientasi hidup dan tujuan hidupnya bukan untuk urusan materi maka aspek duniawiah itu hanya sekadar pemenuhan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup saja. Sebab tujuan dari hidup di dunia ini menyiapkan "bekal" untuk kehidupan abadi pascakiamat. Kesadaran bahagia, pentingnya sehat, dan menjalani hidup yang berdampak positif bagi manusia lain adalah inti dari ajaran agama.
Selain itu, dari buku ini ada banyak cerita bermuatan nilai-nilai akhlak dari Barat, khazanah Islam, medis, dan pengalaman hidup dari sang penulis sendiri. Misalnya cerita pengalaman murid sekolah Muthahhari Bandung yang melakukan spiritual camp di desa dan tumbuh welas asih dengan orang-orang desa meski saling tidak mengerti dari bahasa. Murid timbul rasa kasihan dan sadar untuk membantu orang lain. Murid dengan disuruh khidmat pada orang desa, ternyata punya pengalaman yang dapat mengubah sikap personalnya.