Menguasai disiplin ilmu itu penting. Memiliki kecakapan ilmu akan membuat langkah gerak bisa terencana dengan baik, termasuk aspek praktisnya. Amat jarang ditemui orang Indonesia yang punya kecakapan aneka disiplin ilmu. Mungkin masih bisa dihitung dengan jari, Kang Jalal (Jalaluddin Rakhmat) di antaranya. Kalau dicek karya tulis, seminar, dan pengajian yang disampaikan oleh Kang Jalal tampak beraneka disiplin ilmu dan beragam tema. Meski latar belakang pendidikan dari ilmu komunikasi, tetapi fasih bicara khazanah ilmu-ilmu agama seperti hadis, tafsir, ushul fiqh, kalam, dan tasawuf. Kemudian disiplin ilmu filsafat, politik, neurosains, hukum Islam, psikologi, dan lainnya.
Berkaitan dengan karya tulis berupa buku, saya perhatikan ada buku-buku yang cukup serius ditulis Kang Jalal. Maksud serius yaitu tema dan uraian yang disajikan berupa ilmiah disertai banyak rujukan akademik terkait dengan bidang tersebut. Memang tidak serenyah buku bertema keislaman yang dikupasnya.
Buku karya Kang Jalal yang (menurut saya) kurang renyah (karena saya tidak menekuni secara khusus sehingga sulit dicerna) yakni buku Psikologi Komunikasi, Metode Penelitian Komunikasi, dan Psikologi Agama. Buku yang disebut terakhir ini adalah karya yang masuk kategori akademik dan memperlihatkan kecakapan Kang Jalal dalam bidang psikologi dan agama.
Buku berjudul Psikologi Agama: Sebuah Pengantar diterbitkan Mizan tahun 2005. Sudah tiga kali cetak. Tebal buku 248 halaman yang terbagi dalam lima bab. Di antaranya apakah agama itu? Agama dan ilmu pengetahuan, psikologi dan agama, psikologi versus agama, psikologi pro agama, dan ditutup dengan kepustakaan disertai indeks. Silahkan cek bagian indeks tampak bertaburan istilah filsafat, psikologi, nama-nama filsuf dan psikolog maupun psikiater dari Barat.
Mungkin akan lebih memperkaya ilmu jika masuk tokoh-tokoh Islam (ilmuwan) yang menekuni bidang psikologi. Pertanyaannya: apakah ada yang piawai dan ahli bidang tersebut pada kalangan Muslim, baik masa klasik maupun modern? Sosok Ibnu Sina (980-1037 M.) dianggap punya karya tulis yang relevan dengan psikologi yakni kitab Akhwal An-Nafs Risalah fi An-Nafs wa Baqaiha wa Maadiha.
Memang pada buku Psikologi Agama ini sempat disebut sosok Muhammad Iqbal, filsuf Muslim Pakistan, tetapi hanya dijadikan contoh sebagai orang yang dapat pencerahan dari Alquran manakala dibaca penuh penghayatan. Sedangkan pemikiran Iqbal tentang psikologi tidak ada. Apakah dari Iqbal tidak ada percik psikologi agama? Kemudian ada Al-Ghazali juga yang dikutip terkait dengan perbedaan khalq dan khuluq, saat menerangkan aspek ragawi manusia dan ruhaniah manusia termasuk akhak. Tampaknya harus dilanjutkan risetnya oleh washi dari Kang Jalal agar lahir studi psikologi agama tinjauan ilmuwan Muslim sepanjang sejarah.
Kembali pada buku Psikologi Agama bahwa Kang Jalal sekilas berhasil meringkaskan kajian psikologi agama yang belum banyak oleh orang Indonesia dikajinya. Memang ada buku bertema tersebut karya penulis dalam negeri, tetapi tidak melingkupi isu yang fenomenal seperti ateisme, anti agama, dan postmodernisme.
Di buku Psikologi Agama ini ternyata ada ilmuwan dan psikolog Barat dengan pernak pernik kajian psikologi yang pro agama, bahkan menjadi bingkai saat memberikan pandangan pada mereka yang menjadi objek dari terapi. Kemudian perdebatan sains dan agama juga disajikan dengan paparan bernas dan menukik pada inti persoalan dua disiplin tersebut.
Kang Jalal memuat pikiran Nietszche, James, Jung, Freud, Skinner, Einstein, De Chardin, Pfiser, Vetter, Leuba, dan lainnya. Mereka ini mempunyai pandangan psikologi, filsafat, dan agama. Di antara mereka ada yang menerima pandangan agama, bahkan ada yang menolaknya. Asyik membaca pergulatan Einstein, Nietszche, Freud, dan lainnya. Benar-benar dibawa merambah pada khazanah, yang saya tidak mengira ternyata dikalangan Barat bahwa orang yang beragama pun dinamis. Bahkan orang yang tidak beragama pun memiliki problem tersendiri. Tentu ini menarik dibaca dan dijadikan bahan diskusi yang serius maupun santai.
Dari buku Psikologi Agama ini saya dapat ringkasan pemikiran dari para tokoh Barat tentang psikologi dan agama serta hubungan di antara keduanya. Tidak mudah mengambil pokok pikiran dari karya tokoh akademik dari karya aslinya. Kang Jalal piawai dalam mengemasnya dengan kalimat yang to the point sehingga pembaca dapat kemudahan untuk mengenal dan (coba) memahami psikologi agama. Tanpa harus mengakses buku-buku akademik karya tokoh-tokoh Barat, yang kadang uraiannya susah untuk dimengerti. Kang Jalal dalam buku Psikologi Agama ini telah menjadi penghubung pembaca (Indonesia) dengan tokoh akademik di luar negeri.
Sebelum menutup ulasan buku, saya kutipkan kalimat yang layak direnungkan. Pertama (halaman 209) "Kita harus menilai agama bukan dari asal usulnya, melainkan dari hasilnya dalam kehidupan orang-orang yang menjalankan agamanya secara mendalam."