Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Freelancer

Pengalaman Guru, Daring, dan Penyiapan Bahan Ajar

Diperbarui: 12 Oktober 2020   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahmadsahidin12-dokpri


Saya ingin berbagi pengalaman sebagai guru pada masa pandemi ini. Sejak awal ditetapkan pembelajaran daring (online) saya dan teman guru serta pimpinan sekolah bersepakat menggunakan google classroom. 

Dengan modal slide pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas, seluruh bahan untuk tiap pertemuan diedit ulang. Dipilih dan dikurangi, serta ada yang dibuat ulang. Sebab menimbang seruan Kemdikbud dan pimpinan sekolah untuk menyajikan materi yang penting saja dan relevan dengan situasi pandemi. 

Pembahasannya to the point. Seluruh bahan dibuatkan pdf-nya, termasuk latihan soal dan penugasan. Semua itu dimasukkan pada google classroom yang dibuat pihak sekolah dan diberikan pada murid sesuai jadwal.

Selanjutnya manajemen sekolah menetapkan agar bahan pembelajaran disajikan dalam bentuk video dan interaksi dengan murid. Karena itu diadakan pelatihan dan bimbingan dari orang yang menggeluti video. 

Hanya beberapa hari saja. Sudah bisa ditebak, para guru yang kemudian harus berjibaku dengan media dan peralatan untuk bikin video. Sampai saat ini pun sekolah kami gunakan video.

Bahan pembelajaran yang berbentuk video itu dipasang di e-learing (moodle) yang mudah diakses guru dan murid dengan jaringan internet. Saat login tentu menggunakan username dan password yang dibuat oleh admin sekolah.  

Selain video yang tersaji, juga daftar hadir dan soal latihan yang saling terhubung dengan video dan disajikan bertahap. Diawali login kemudian isi kehadiran dan nonton video selanjutnya jawab soal latihan. 

Jika tahapan itu dilalui oleh murid maka ia akan langsung mengetahui nilai yang diperolehnya. Sayangnya sistem e-learning tidak bisa diakses pakai kuota belajar Kemdikbud, tapi harus memakai kuota regular (umum). Memang sesekali di antara para guru memakai zoom dengan murid. Termasuk saya pun saat tadarus Alquran menggunakan zoom dengan murid.

Nah, sekarang saya berbagi tentang pengalaman membuat video. Setiap kali hendak menyajikan bahan pembelajaran daring, saya lihat kompetensi dasar dan kurikulum. Saya pilih dan tentukan mana saja yang disajikan awal sampai akhir semester. Kemudian mempelajari materi yang tercantum pada buku paket siswa standar Kemdikbud. Dalam satu bab dalam buku paket Kemdikbud itu saya sampaikan dua hingga tiga pertemuan dari tiap babnya. 

Dengan pertimbangan agar mudah dicerna murid. Sehingga saya ambil subtansi dari tiap materi kemudian disajikan pada slide (power point) di bawah sepuluh halaman. Kemudian saya berlatih sendiri untuk menyampaikan materi dengan video. Setelah diketahui polanya, baru mulai membuat video dengan gunakan prezi supaya slide bisa muncul.

Ternyata tidak mudah untuk bikin satu video pembelajaran. Mulai dari konsep untuk slide, mengatur retorika, sampai bikin videonya. Tidak mudah. Sampai harus berulang-ulang bikinnya agar mantap dan runut. Selanjutnya video mentah itu diedit untuk hilangkan masa jeda atau kata eeuh atau terdiam karena lupa. Semua itu diperbaiki pada tahapan editing video. Kalau harus bikin ulang, ya saya bikin lagi video. Saat sudah siap tayang, video itu dimasukkan pada e-learning. Dibuat dahulu daftar hadir, memasukkan video dengan kode dan aplikasi yang bikin ribet (maklum bukan ahlinya) sampai bikin soal latihan yang terkait dengan materi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline