Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Freelancer

Ulasan buku "Argumen Pluralisme Agama"

Diperbarui: 25 Juli 2020   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ahmadsahidin12/dokpri

Sekira dua pekan saya membaca buku karya Abd. Moqsith Ghazali, "Argumen Pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis Al-Quran" (Depok: Kata Kita, 2009). Tebal buku 424 halaman. Buku ini merupakan disertasi di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, yang kemudian diterbitkan menjadi buku.

Buku "Argumen Pluralisme Agama" ini memiliki kandungan pengetahuan yang menguatkan wacana kebhinekaan. Disajikan dalam enam bab meliputi pendahuluan, pengertian dan latar historis pluralisme dari Arab sampai Indonesia, Alquran dan kemajemukan agama berdasarkan tinjauan agama-agama besar dunia, pandangan Alquran tentang umat agama non Islam, dan penutup.

Menurut saya, Bab Empat pada buku ini menarik untuk dikaji ulang oleh para peneliti, yaitu pembahasan mengenai keselamatan pemeluk agama non Islam di akhirat dan menikah dengan orang musyrik, kafir, dan ahli kitab. Pembahasan ini relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia ketimbang kupasan Bab Dua dan Bab Tiga, yang berkutat dalam kajian teologis dengan aneka dalil teksual kitab suci dan historisitas pertemuan agama-agama. Apalagi Bab Satu hanya memuat latar belakang riset buku ini dan review sejumlah pustaka tentang pluralisme dalam konteks wacana ilmiah.

Karya Abd. Moqsith Ghazali ini memiliki keunggulan, yang baru saya temukan mengupas pluralisme didasarkan pada tafsir dan ushul fiqh. Biasanya hanya pada tafsir saja. Namun beliau gabungkan dua ilmu sehingga argumen pluralisme tampak kokoh secara teologis maupun akademis. Selain sejumlah endorsemen dari akademisi dan intelektual, tentang buku ini makin mengukuhkan karya Moqsith Ghazali ini bernas dan layak dijadikan rujukan dalam wacana pluralisme agama di Indonesia.

Saya sadar bahwa buku ini bukan karya yang gampang dicerna. Butuh waktu dan perlu diulang membacanya. Saya tidak banyak mengerti dari setiap lembar halamannya, terutama bab satu sampai tiga. Baru pada Bab Empat, uraian buku dapat dipahami karena masuk tataran praktis dan relevan dengan konteks masyarakat Indonesia.

Saya kutipkan di sini, yang menarik dari buku "Argumen Pluralisme Agama" untuk direnungkan. Di antaranya berikut ini:

"Sekalipun Tuhan hanya satu, cara orang merumuskan Tuhan sangat beragam. Umat Islam, Yahudi, dan Nashrani percaya bahwa Tuhan itu satu. Namun, bagaimana satunya Tuhan ( ), di situlah para ulama dan agama-agama berbeda-beda dalam mengkonseptualisasikannya. Manusia senantiasa berspekulasi tentang Yang Mutlak ini, tapi tak satu pun penjelasan mereka memadai. Manusia mengenal Tuhan hanya melalui firman dan perbuatan-Nya, tapi tak pernah bisa mendekati esensi-Nya. Tuhan berada di luar jangkauan konsep dan penjelasan verbal manusia" (halaman 214).

"Sebelum memutuskan memeluk suatu agama, hendaknya orang mempelajari seluk beluk agama-agama: kandungan kitab sucinya, sejarah berdirinya dll. sambil berkomunikasi dan berdiskusi dengan para tokoh agama tersebut. Ia harus memahami konsep dan ajaran agama-agama itu sebelum menjatuhkan pilihan pada salah satunya" (halaman 239).

"Siapa saja yang berpegangan kepada sebuah kitab suci yang mengandung nilai-nilai ketuhanan dan prinsip-prinsip kemanusiaan yang luhur yang dibawa para nabi, maka mereka itu adalah Ahli Kitab" (halaman 277).

"Terhadap siapa saja yang beriman kepada Allah, meyakini Hari Akhir, dan melakukan amal kebajikan, Alquran menegaskan bahwa mereka, baik beragama Islam maupun bukan, kelak di akhirat akan diberi pahala" (halaman 392).

Kutipan di atas saya cantumkan karena penting untuk diketahui. Sebab dari buku tersebut banyak memberikan informasi historis sejak masa Rasulullah Saw sampai periode dinasti-dinasti abad pertengahan bahwa hubungan antaragama cukup kuat dan sikap pluralis dari kaum Muslim secara nyata terwujud. Karena itu, dengan ditopang dalil teksual dan penafsiran Alquran serta hadis maka pluralisme dalam agama Islam sebuah keniscayaan dan tidak dapat ditolak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline