Seorang kawan sesama pengajar tanya saya. Di rumah, beraktivitas apa saja? Ya interaksi keluarga, makan minum, beres-beres rumah, persiapkan bahan pembelajaran online, ibadah, dan membaca buku. Buku yang bisa banyak habiskan waktu keseharian di rumah.
Memangnya untuk apa terus membaca buku? Kan pelajaran sudah dikuasai. Ada manfaatnya dari sisi finansial? Pertanyaan yang terakhir tidak saya jawab. Karena sudah jelas buku hanya nutrisi otak yang kemudian diberikan lagi melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Dari aktivitas pendidikan dan pembelajaran itu ada yang terkait dengan finansial berupa gaji. Meski gaji tersebut lebih sekadar untuk menunjang dan mempertahankan atau sekadar memenuhi kebutuhan hidup berupa makan, minum, dan transportasi berupa bensin.
Saya sampaikan bahwa saya hanya membaca buku saja. Bukunya yang dimiliki di rumah atau yang dipinjam dari kawan dan perpustakaan. Kemudian hasil bacanya dibagikan dalam bentuk ulasan buku, share kepada murid, atau cukup tersimpan dalam memori otak. Itu yang dilakukan terkait dengan membaca buku. Murni terkait dengan memperkaya diri dengan ilmu dan pengetahuan. Tidak terkait dengan finansial.
Ketahuilah aktivitas membaca buku tidak menghasilkan uang karena belum ada yang memintanya sebagai pekerjaan. Sudah pernah saya ajukan ke penerbit-penerbit buku untuk menjadi "pekerja lepas" yang meresensi buku-buku dari penerbit tersebut. Tapi belum ada yang merespons. Dan situasi literasi di negeri ini belum dikatakan baik. Akses baca langsung dunia virtual. Loncat dari budaya dengar ke tontonan dengan melihat dunia maya di gadget.
Budaya baca teks buku belum bagus dan tidak menjadi tradisi. Padahal akses buku lebih punya kedalaman dalam ilmu dan berproses saat menyimpan dalam memorinya. Karena bertahap seiring dengan buku atau pengetahuan yang diinginkan. Dunia virtual lebih instan dan terlalu banyak informasi sehingga bercampur dengan hoax. Hanya itu saja yang saya ketahui. Maaf!
Karena itu, saat ditanya mengapa terus dilakukan aktivitas baca buku? Saya jawab dengan argumen agama, yaitu dalam rangka menunaikan perintah Allah dalam kitab suci Alquran bahwa "iqro, bismirobbikalladzi kholaq" (Alaq:1).
Dan saat pembatasan interaksi secara sosial dan #diamdirumahsaja ini saya kira buku menjadi "teman" terbaik setelah keluarga. Saya sendiri merasa manfaat ada instruksi pemerintah untuk diam di rumah sebab banyak buku yang belum dibaca dan saat sekarang momentum yang tepat.
Meski dalam satu pekan harus piket ke sekolah, ya tetap membaca buku dan memberikan pembelajaran via classroom terus dijalani. Insya Allah, saya ikut taat pada ketentuan pemerintah menyangkut upaya cegah Covid19 ini.
Semoga jumlah penderita corona berkurang dan kembali sehat lahir batin, serta warga Indonesia terbebas dari wabah tersebut. Aamiin Ya Robbal 'alamiin. *** (Ahmad Sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H