Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Tadarus Surat Al-Naba dari buku Isyarat Ilahi

Diperbarui: 15 Januari 2019   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Melanjutkan tadarus buku Ibnu Arabi, "Isyarat Ilahi: Tafsir Juz Amma". Bagian surah yang dibaca adalah Al-Naba', sebuah berita besar. Surah ini dalam al-Quran berada pada urutan nomor surah 78 dengan jumlah 40 ayat.

Dalam menerangkan makna surah Al-Naba', Ibnu Arabi membagi pembahasan menjadi empat bagian, yaitu ayat 1-18, 19-30, 31-36, dan 37-40. Pilihan untuk penggalan kajian oleh Ibnu Arabi sangat menarik karena didasarkan pada kandungan makna dengan narasi yang berurutan. Dimulai dari kabar akan munculnya peristiwa besar berupa Hari Kiamat sehingga manusia mencapai masa akhir kehidupan dunia dan memasuki akhirat.

Diuraikan pula bahwa mereka yang berada dalam kesesatan atau menentang ajaran Ilahi mendapatkan siksa yang dahsyat dan berabad-abad lamanya. Sedangkan yang masuk surga (diulas pada bagian uraian ketiga dan keempat) akan dapat nikmat berupa minuman dan pertemuan dengan para remaja yang menyenangkan penghuni surga. Mereka inilah orang yang takwa. Saat itu pula orang-oranf yang berada di neraka menyesali atas perbuatannya terdahulu sehingga berucap: andai menjadi debu.

Penggambaran nikmat berupa material dan ragawi ini oleh Ibnu Arabi dimaknai sebagai ungkapan betapa indah dan akan rasakan bahagia atas anugerah Tuhan yang tidak bisa dilukiskan. Sehingga Ibnu Arabi menggunakan narasi material dan ragawi, yang memang dengan istilah itu manusia dapati mengerti. Bahkan di dunia ini, materi yang dianggap sebagai sumber kenikmatan bagi manusia sampai dikejar siang dan malam. Dalam hal ini, surah al-Naba' ini dari sisi makna bergerak dari nalar yang humanis, eskatologis, dan teologis.

Pada bagian pertama surah Al-Naba', Ibnu Arabi menyebutkan ayat 2, 'anin-nabail 'adzim adalah merujuk pada sosok 'Ali bin Abu Thalib kw yang karena sudah dicerahkan akal dan hatinya oleh Tuhan melalui bimbingan Nabi sehingga mampu menyingkap suasana akhirat dan mengetahui peristiwa besar di hari akhir.

Tentu saja tentang ini layak diperdebatkan: apakah manusia yang bukan Nabi bisa mencapai derajat kenabian sehingga mengetahui rahasia besar di langit dan bumi? *** (ahmad sahidin)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline