Salamun 'alaikum. Sampurasun. Kembali saya menuliskan apa yang saya peroleh dari buku yang dibaca. Sekarang ini yang dibaca karya William Montgomery Watt dengan judul buku "Muhammad, Prohpet and Statesman".
Buku ini diterjemahkan oleh Djohan Effendi dengan judul "Muhammad: Nabi dan Negarawan". Terbit tahun 2006 oleh Penerbit Mushaf, Jakarta. Tebal buku ini 372 halaman. Bukunya berbentuk saku sehingga mudah dibawa-bawa. Saya pun membacanya sambil tiduran dan tuntas.
Buku karya Watt ini diberi pengantar oleh penerjemahnya. Djohan Effendi menyatakan tertarik untuk menerjemahkan buku Muhammad: Prohpet and Statesman karena merangsang untuk melakukan telaah lebih mendalam.
Djohan menulis pada halaman v: "Saya terdorong menerjemahkan buku ini, bukan karena saya sepakat sepenuhnya dengan seluruh isi buku ini, tetapi karena saya beranggapan buku ini merangsang kita untuk mengadakan telaah lebih mendalam terhadap peri kehidupan Nabi kita."
Saya sepakat dengan penerjemah bahwa seorang orientalis, meski dianggap jujur dan ilmiah dalam menyajikan karya tentang Islam, pasti memiliki kepentingan yang bersifat subjektif dan meski tidak muncul dalam karyanya.
Watt merupakan seorang pendeta, pakar studi Islam di Barat, dan pernah interaksi dengan Muslim Ahmadiyah, tentu memiliki kekhasan dalam sajian karya ilmiah dibandingkan William E.Phipps, Sir William Muir, Goldziher, dan lainnya.
Sekadar informasi bahwa Phipps termasuk orang yang melakukan studi komparatif tentang sosok Muhammad dan Isa. Bukunya yang akan saya baca berjudul "Muhammad dan Isa: Telaah Kritis atas Risalah dan Sosoknya."
Sekarang kembali kepada Watt. Buku "Muhammad: Prohpet and Statesman" ini diakhiri dengan catatan penutup dari Alwi Alatas yang kritis dalam memandang Watt dengan menyatakan: seorang yang tidak konsisten. Saya juga menemukan yang dimaksudnya selama pembacaan buku. Namun, yang utama dipersoalkan oleh Alwi Alatas adalah pengaruh tersembunyi dari seorang Nasrani dalam memandang Islam.
Buku karya Watt ini terdiri dari sembilan bab. Seperti biasa menyajikan narasi sejarah dari mulai masa muda hingga masa terakhir kehidupan Rasulullah saw. Narasi yang dibangun, saya kira sama dengan yang disajikan oleh Karen Armstrong dan Tariq Ramadan, narasi-narasi Watt tidak memberikan detail peristiwa. Hanya uraian interpetasi yang disisipi dengan kejadian yang dialami Rasulullah saw.
Yang menarik, Watt mampu menyebutkan tanggal dan bulan kejadian-kejadian Rasulullah saw dalam kalender Masehi. Bukan kalender Hijriah yang biasanya disajikan oleh sejarawan Muslim klasik seperti Ath-Thabari, Al-Waqidi, dan Ibnu Hisyam.
Narasi sejarah yang dibangun oleh Watt dalam buku "Muhammad: Prohpet and Statesman" lebih dominan menguraikan perang, mengambil jarahan harta, dan pernikahan Rasulullah saw. Sang Muhammad yang merupakan Nabi bagi umat Islam dianggap Watt sebagai orang jenius yang mampu menguasai abad 6-7 Masehi sehingga berhasil dalam karier sebagai pemimpin Arabia: Makkah dan Madinah.