Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Dua Kali Khatam Buku Islam dan Filsafat Sejarah

Diperbarui: 28 Desember 2018   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Buku Islam dan Filsafat Sejarah karya Abdul Hamid Shiddiqi sudah beres dibaca.  Alhamdulillah. Sekadar tamat dibaca saja. Dan sudah dua kali. Buku ini adalah terjemahan dari judul asli Tafsir Tarikh oleh Nabhan Hussein. Dicetak tahun 1983 oleh penerbit Media Da'wah, Jakarta.

Apa yang saya dapat? Ini yang perlu diceritakan. Saya belum menemukan hal yang penting dan luar biasa dari buku tersebut. Memang ada kritik pada pemikiran Hegel, Marx, Toynbee, dan kaum atheis.

Namun, tetapi dibandingkan ulama dan cendekiawan dari Iran dan Irak jauh lebih dahsyat. Sebut saja Ali Syariati, Murtadha Muthahhari, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, atau Muhammad Baqir Shadr. 

Sangat mendalam dan menukik pada persoalan yang dibahas oleh filsuf Barat. Bahkan bisa menemukan akar kritik dan dasar pemikiran yang rapuh dari filsuf tersebut.

Bagaimana dengan Shiddiqi? Ia mengurai, memetakan, dan lakukan kritik. Namun, aspek yang akhir kurang tajam dan tidak menukik pada konsep sejarah dari para filsuf sejarah yang dikritisi. Tampak lebih banyak daya tolak pada ideologi Barat yang dianggapnya mengancam pemikiran umat Islam.

Unsur tafsiran sejarah yang didasarkan Al-Quran yang banyak dijadikan tawaran, makna waktu dan peran moralitas manusia diuraikan sebagai unsur filsafat sejarah.

Saya memahami filsafat sejarah yang dimunculkan oleh Shiddiqi (meski tidak kentara) bukan sebuah pemikiran spekulatif dan epistemologi kritis dalam memahami sejarah, tetapi lebih pada etika filsafat dan aksiologi sejarah. Itu yang saya pahami dari membaca dua kali khatam buku "Islam dan Filsafat Sejarah". 

Entah pembaca yang lain, bagaimana hasilnya atas pembacaan buku tersebut. Mangga di-share saja, insya Allah akan saya baca. Hatur nuhun. *** (Ahmad Sahidin, alumni UIN Bandung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline