Lihat ke Halaman Asli

Mengikat Makna dari Buku Flow di Era Sosmed

Diperbarui: 27 Desember 2018   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya membaca buku "Flow di Era Socmed" karya Hernowo Hasim. Beliau kini almarhum. Beliau meninggalkan karya seputar literasi dan pengembangan penerbitan. Gagasannya yang terkenal dari Pak Hernowo, yaitu mengikat makna.

Alhamdulillah lebih dari tiga kali bertemu dan sempat diskusi tentang tulis menulis. Bahkan pernah satu kelas dalam kajian tafsir Al-Quran di Lembaga Pembinaan Ilmu-ilmu Islam (LPII) Muthahhari Bandung.

Kalau melihat almarhum,  tampak menerapkan satu dari empat unsur komunikasi, yaitu listening (menyimak) dengan serius pada materi yang disampaikan   Al-Ustadz. Pernah berniat ingin menuliskan ulang hasil kajian tafsir, tetapi diurungkan karena tidak mengerti dengan istilah Arab yang dikupas oleh Al-Ustadz.

Sekira tiga bulan lalu saya main ke Mizan untuk mencari buku. Dan buku Flow di Era Socmed dijual dengan harga cukup murah sehingga saya beli. Baru tiga hari lalu saya baca dan tuntas.

Tulisannya ringan, sistematis, dan pilihan kata beserta kalimat enak dibaca. Ini mungkin maksud buku bergizi. Juga konten yang dibahas merupakan keahliannya, yaitu literasi dan motivasi perbukuan. Itu pula masuk kategori buku bergizi karena ditulis oleh ahlinya sehingga penyesatan informasi akan terhindar. Begitu pun kaidah perbukuan dipenuhi dengan sangat baik dan kemasannya enak dilihat.

Buku karya Hernowo ini memusatkan pada kecakapan komunikasi terdiri reading, listening, speaking, dan writing. Reading dan listening  merupakan proses mengisi diri dengan asupan gizi berupa ilmu pengetahuan dan informasi yang mencerahkan jiwa. Sedangkan speaking dan writing adalah bagian ekspresi sebagai upaya mengeluarkan atau berbagi dengan orang lain. Bisa dikatakan fungsi sosial dari kerja intelektual dan literasi, yaitu berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Di antara gagasan Pak Hernowo yang menarik adalah menulis mengalir tanpa beban (free writing). Menulis saja yang ingin dikeluarkan tanpa menyoalkan kaidah bahasa atau sistematika ide. Semakin sering menuangkan gagasan, maka akan semakin terampil dalam berkomunikasi. Kecakapan berkomunikasi bisa dilatih dengan cara menuangkan pikiran dalam tulisan atau dengan berbicara sendiri yang direkam dengan HP atau alat rekam. Kemudian didengarkan ulang dan dicoba lagi sampai sempurna dari ujaran kata dan kalimat dalam komunikasi.

Kemudian yang penting dari Pak Hernowo ini semangat literasi. Di zaman now ini sangat jarang orang tertarik dengan buku. Sangat jarang orang bertahan membaca buku sampai tuntas.

Dalam membaca buku, bagi yang merasa berat, bisa dilakukan dengan cara ngemil: sedikit demi sedikit dan direnungkan isi dari yang dibacanya. Selanjutnya diikat makna (pelajaran dan hikmah) dari lembaran buku yang dibaca melalui writing, yang kemudian share di media sosial agar orang bisa ikut mendapatkan pencerahan dari buku.

Itu saja yang bisa saya share atas bacaan dari buku Flow di Era Socmed karya Hernowo Hasim ini. Semoga ada makna yang bisa diambil oleh pembaca. Hatur nuhun. *** (ahmad sahidin, alumni UIN Bandung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline