Akhir Desember 2018 ini anak-anak sekolah sudah libur. Juga para mahasiswa pun libur. Para guru dan dosen pun libur pula mengajar. Saya termasuk yang ikut serta di dalamnya. Sehingga dalam waktu satu pekan ini bisa menikmati masa kosong dari pekerjaan. Karena itu, diisi dengan liburan bersama keluarga dan membaca buku.
Urusan berlibur, saya ikut istri. Kami pergi bersama saudara menuju kawah putih di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Kesan saya dalam perjalanan tidak enak karena jalur menuju lokasi macet dan banyak kendaraan menuju lokasi wisata di Ciwidey. Sehingga Pak Polisi memutar arahkan laju kendaraan. Bahkan saat sampai lokasi pun padat. Kondisinya pun hujan dan saat tiba di kawah putih tidak bisa menikmati suasana nyaman atau keindahan. Padat dilokasi. Banyak yang selfi hampir pada setiap area dan sudut. Ditambah hujan sehingga tidak nyaman. Kondisi demikian bisa dipahami karena lagi musim liburan sehingga orang banyak menuju lokasi wisata dan jalan menjadi macet. Itulah kenyataan. Dan kita kadang tidak bisa keluar dari realitas tersebut kalau melibatkan orang banyak, terutama keluarga.
Meski merasa kurang nyaman di lokasi wisata, ada hal positif dari liburan akhir tahun ini. Yakni bisa kumpul keluarga, makan dan minum bersama. Bisa ngobrol tentang kiprah hidup. Bisa saling komunikasi nyata (offline) bukan virtual. Memang dengan komunikasi bisa cairkan suasana dan menjadikan ada makna yang diambil dari kehidupan. Apalagi saat di rumah orangtua, terasa santai dan bisa menikmati kebersamaan dengan saudara yang jarang bertemu.
Dan seperti biasa, di rumah tempat kami kumpul, saya dapat tugas memasak ikan mas. Kemampuan saya hanya menggoreng saja. Setelah matang kemudian disantap bersama-sama dengan sambal. Dan ini bagi saya adalah nikmat yang tidak dapat didustakan. Sebuah nikmat karena waktu penuh dengan makna.
Selain diisi kebersamaan bersama keluarga, saat liburan ini saya juga isi dengan kesendirian. Saat akan tidur dan saat beres shalat saya isi dengan merenung atas hidup. Bahkan saat santai sambil minum kopi, saya membaca buku. Saya coba isi saat santai dengan membaca buku yang ditulis oleh Hernowo Hasim.
Dari buku karya Hernowo yang berjudul Flow di Era Socmed, saya menjadi tahu tentang hubungan reading, listening, speaking, dan writing. Reading dan listening adalah upaya input atau asupan pada pikiran dan jiwa. Tidak hanya raga yang harus diisi makanan, juga ruhani kita layak diberi makanan berupa "kata-kata" yang menyehatkan jiwa. Sumbernya dari buku yang bergizi dan informasi (ceramah) yang mencerahkan akal dan menenangkan hati.
Kemudian tentang speaking dan writing adalah output atau mengeluarkan dan memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Satu di antaranya berbagi pengetahuan dan pengalaman dari hasil bacaan serta memberikan solusi atas masalah yang menimpa orang lain melalui kajian pemikiran atau riset yang kita dapatkan metode-nya dari hasil membaca.
Nah, itu saya kira hubungan keempat unsur komunikasi: membaca, menyimak, menulis, dan menyampaikan secara verbal atau non verbal.
Nah, ini yang bisa bagikan dalam rangka mengisi liburan. Oh, iya saya masih tetap baca buku dan insya Allah akan di-share hasil bacanya.
Terakhir, saya menyatakan turut berduka cita untuk korban musibah gempa dan tsunami di Selat Sunda, Banten dan Lampung. Semoga bantuan pemerintah cepat sampai dan masyarakat korban bisa segera kembali pada keadaan semula. Tentu setelah ada perbaikan dan pembangunan kembali rumah yang hancur diterjang tsunami. Semoga tabah dan sabar. Insya Allah ada hikmah dari balik peristiwa tersebut. *** (Ahmad Sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H