Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahid

Mahasiswa

Kritik Khotib Jumat! Monoton dan Terpaku kepada Teks, Intonasi yang Kaku, hingga Jamaah Tertidur

Diperbarui: 11 Agustus 2023   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Khutbah Monoton..!!

Sangat disayangkan, khatib khutbah jum'at yang menyampaikan khutbahnya lebih terpaku terhadap teks daripada kepada jama'ah jumah. Bahkan ada yang hanya menatap jamaah pada saat jeda kalimat saja 1-2 detik. Padahal khutbah jumat adalah waktu yang paling pas untuk mendistribusikan pengetahuan spiritual yang diharapkan mengisi kekosongan jiwa dan hati. Yang mana muslim yang notabennya dikatakan masih awam, yang jarang datang ke pengajian, yang sholatnya masih belum lima waktu, dsb. juga ikut dalam rangkaian sholat jumat.

Hanya sekali dalam satu pekan, dalam khutbah jumat jamaah tidak mendapatkan esensi dari penyampaian khotib yang monoton terhadap teks dan dengan intonasi yang kaku, apalagi dengan durasi yang panjang. Sehingga bukan kesegaran spiritual yang didapat, tapi malah seperti mendengarkan cerita sebelum tidur. Hal ini telah menjadi rahasia umum, dan telah dinormalisasi begitu saja.

KH Tohchah Hasan juga pernah mengkritik perihal khatib yang tidak visioner. Materi khutbah tidak aktual dan menyentuh keadaan ummat. Sehingga tidak ada ketertarikan jamaah terhadap materi khutbah. Beliau juga berkata "khutbah pada masa nabi itu tidak terlalu panjang, tapi mandi (mengena di hati)". Hal ini juga termasuk kritik terhadap khatib dari kalangan akademisi yang biasanya penyampaian khotbahnya sangat panjang, yang disampaikan dengan gaya bahasa lingkungan kampus. Itu kurang pas dilakukan, apalagi kalau jamaahnya adalah dominan orang-orang biasa (awam).

Maka akan lebih bijaksana ketika khatib memang benar-benar mempersiapkan materinya dengan matang, sehingga ketika khutbah disampaikan, setidaknya terjadi interaksi mata antara khatib dan jamaah, lebih-lebih hatinya juga dapat interaksi menjadi saling connect. Selain itu, gaya penyampaian juga harusnya tidak kaku yang terkesan seperti membaca naskah acara-acara formal kenegaraan. gaya penyampaian akan lebih bagus ketika disampaikan dengan santai, tidak terpaku dengan teks, dan menghadap ke jamaah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline