Lihat ke Halaman Asli

ahmad romdhoni

pekerja biasa

Coblos atau Golput

Diperbarui: 12 April 2019   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilu serentak hajat demokrasi terbesar di Indonesia akan segera dilaksanakan. Pemilu pertama dalam sejarah yang akan menggabungkan antara pemilihan legislatif (Pileg)  dengan pemilihan presiden (Pilpres).

Bagaimana dengan anda apakah sudah siap? Apa sudah menentukan calon yang akan dicoblos nanti. Penulis berharap siapapun yang dicoblos oleh anda didasari oleh pemikiran yang matang bukan berdasarkan hal yang remeh temeh seperti tampang misalnya terutama  dalam pileg.

Pada pemilu kali ini akan dikuti oleh generasi milenial dengan jumlah sangat signifkan. Hal tersebut diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh LIPI bahwa sekitar 35%- 40% pemilih didominasi oleh generasi milenial. Mungkin pula menjadi pemilu pertama mereka.

Pilihan mereka sedikit banyak menentukan siapa nanti yang akan terpilih baik di tingkat legislatif maupun eksekutif. Diharapkan generasi milenial menggunakn hak pilih secara baik.

Disisi laim gerakan untuk golput pun masih memiliki gaung. Jumahnya berdasarkan survei indikator yang dirilis bulan januari 2019  pemilih yang memutuskan untuk golput mencapai angka 1,1%. Meski tidak signifikan jumlahnya tapi mengalami kenaikakan  jika dibandingkan survey bulan oktober 2018 yang hanya 0,9% pemilih golput. Angka tersebut bisa menjadi bias sebab responden cenderung tak terus terang bakal golput.

Jumlah pemilih golput bisa bertambah karena jumlah undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan mencapai 9,2 persen. Pada tahun 2014 angka golput ialah 24,89 persen.  Tidak menutup kemungkinan jumlah  pemilih  golput menyetuh angka 20 persenan kembali, ketika hari pencoblosan undecided voters  memutuskan untuk tidak memilih.

Info yang penulis dapat  alasan mereka untuk golput karena pilihan terbatas  dan tidak ada yang bisa meyakinkan mereka untuk memilih khususnya di pilpres. Kemudian alasan klasik lainnya mau siapapun yang jadi tidak membawa perubahan bagi hidup mereka dalam hal ekonomi yang memunculkan sebush sindiran, mau siapapun presidennya kayaknya hidup gua ga kaya-kaya.

Jika menggunakan alasan tersebut penulis juga bisa golput. Untuk berubah tidak harus menunggu pemilu. Kalau perubahan tersebut dikaitkan dengan ekonomi memang dibutuhkan berbagai kebijakan yang menunjang jika ingin melakukan perubahan ekonomi. Namun hal tersebut  tak dapat menjadi pembenaran untuk golput.

Mau golput sebanyak apapun yang menjadi presiden ya hanya antara jokowi dan prabowo. Diantara keduanya yang akan menjadi presiden hingaa 2024. Menurut penulis hal tersebut perbuatan sia-sia. Golput pun tak akan menghasilkan calon ketiga jika itu yang harapakan oleh mereka.

Konstitusi sudah memutuskan untuk pilpres 2019 hanya dua calon, oleh karena itu maka hadapilah kemudian pilihlah yang menurut anda pantas menjadi nakhoda kapal besar bernama, INDONESIA. Walaupun hanya seujung kuku alasan untuk memilihnya. Seperti ajaran dalam agama islam pilihlah pemimpin yang paling sedikit mudhorat ketika terpilih  nanti.

Perlu diingat pemilu kali ini bukan hanya pilpres tetapi juga pileg . Ada 7.968 caleg memperebutkan kursi empuk senayan. Kebangetan sekali jika masih golput juga. pilihlah calon legislatif yang berkompeten untuk mewakili suara kita. Gusur muka-muka lama yang hanya numpang tidur diruang sidang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline