Kompos adalah hasil olahan sisa-sisa buangan makhluk hidup atau sampah organik yang dibuat menjadi pupuk. Kompos dapat terbuat dari bahan-bahan organik seperti daun kering, sampah dapur dan salah satunya adalah kulit durian. Keunggulan pupuk kompos kulit durian salah satunya menambah hara ke dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air semakin baik.
Dusun Krajan Bendolawang, RT. 5, RW. 1, Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang merupakan salah satu dari banyak penghasil buah durian terbanyak di Kabupaten Malang. Hampir setiap rumah atau warga memiliki kebun durian tersebut. Tentunya buah durian dijual kepada konsumen atau kadang-kadang dikonsumsi sendiri.
Namun, permasalahan yang terjadi adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan dalam memanfaatkan kulit durian yang sebenarnya dapat menjadi produk pupuk yang bernilai ekonomis dan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat daerah tersebut.
Oleh karena itu, anggota kelompok 1 mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Offering C8 yang beranggotakan 5 orang (Bimo Adi Nugroho, Moh Rizki A., Asti Marsya, Laila Hartono, dan Khairunnisa Itsnaini Anwar) yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Malang program studi S1 Kimia memutuskan untuk membuat program pengabdian masyarakat dengan judul “Gerakan Masyarakat Ngadirejo Dalam Mengubah Kulit Durian Menjadi Pupuk Organik Yang Berkualitas Dan Ramah Lingkungan“.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 28 April 2024. Sasaran dan target kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan dan mempraktekkan pembuatan pupuk dari kulit durian dengan mewujudkan Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan sebagai bagian integral dari Sustainable Development Goals (SDGs).
Antusiasme warga disana tergolong tinggi, "Saya sebagai petani sangat berterima kasih kepada teman-teman mahasiswa dari Universitas Negeri Malang. Dengan dikenalkannya pupuk organik ini, kita para petani merasa sangat terbantu. Karena apabila menunggu pupuk subsidi harus rebutan dan banyak yang tidak kebagian. Jika harus beli, harga pupuknya mahal. Dengan penemuan baru ini, kita bisa memberi pupuk pada tanaman kapanpun selama persediaan kulit durian masih ada." ucap Bapak Yaslih dalam kegiatan tersebut.
Dari tanggapan tersebut dapat kita simpulkan bahwa pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh kelompok 1 mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Offering C8 ini berhasil dalam mewujudkan Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan sebagai bagian integral dari Sustainable Development Goals (SDGs).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H