Indonesia merupakan negara yang majemuk. Keberagaman yang ada di Indonesia sudah terjadi sejak dulu. Bahkan jauh sebelum negeri ini bernama Indonesia, keberagaman itu sudah ada di setiap suku dan wilayah. Jika kita melihat literatur, sebelum Islam masuk ke tanah Jawa misalnya, kondisi masyarakat ketika itu umumnya sudah memeluk agama Hindu, Budha dan aliran kepercayaan. Menariknya, masyarakat tidak pernah melarang, menjelekkan atau mendiskriminasi Islam yang dibawa Wali Songo. Begitu juga sebaliknya. Islam juga tidak pernah menjelekkan atau merasa paling benar.
Contoh diatas merupakan keragaman agama. Lalu dalam perjalanannya, Indonesia mengakui beberapa agama. Tidak hanya Islam, tapi Hindu, Budha, Katolik, Protestan dan Konghucu, juga diakui oleh Indonesia. Semua agama tersebut masih ada hingga saat ini. Bahkan aliran kepercayaan pun, juga masih diyakini oleh masyarakat adat, yang tinggal di pedalaman.
Dari sisi sukum bahasa dan budaya, masing-masing daerah juga mempunyai sendiri. Bahasa Jawa dengan bahasa Sunda tentu berbeda. Begitu juga dengan bahasa Dayak, ataupun bahasa yang lainnya. Budaya dan adat istiadat yang melekat di masing-masing suku, juga berbeda-beda. Dan faktanya, keragaman suku, budaya, bahasa dan agama itu masih ada hingga saat ini.
Kita semua pada dasarnya sudah terbiasa menghadapi perbedaan. Kita semua sudah tidak asing dengan yang nemanya keragaman. Akulturasi budaya telah terjadi sejak dulu dan jejaknya bisa kita lihat hingga saat ini. Akulturasi antara agama dan budaya tertentu, juga jejaknya bisa kita lihat. Tidak ada masalah. Justru hal tersebut bisa menjadi karakter Indonesia, sebagai negara yang majemuk dan beragam. Semboyan bhinneka tunggal ika yang diyakini, terbukti mampu menyatukan keragaman tersebut dalam negara kesatuan republik Indonesia.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, antar sesama tetap masih saling menghargai dan menghormati. Di Jawa, masyarakat dari suku lain yang mempunyai agama dan budaya yang berbeda, juga tetap bisa membaur, Begitu juga dengan daerah lainnya. Jika ada perbedaan pandangan atau pendapat, ada mekanisme musyawarah. Sehingga kita bisa saling memahami dan menghargai.
Begitu juga dalam konteks tahun politik seperti sekarang ini. Berbeda pilihan politik sudah pasti lumrah terjadi. Dalam lingkungan keluarga yang sama, berbeda pilihan politik tentu juga tidak ada masalah. Para tokoh agama yang tergabung dalam NU, juga banyak tersebar di semua pasangan calon. Begitu juga dengan organisasi keagamaan atau kemayarakatan yang lain, juga banyak berbeda pilihan politik. Apakah hal tersebut salah? Tentu tidak. Karena semua orang, apapun latar belakangnya, punya hak untuk berbeda menentukan pilihan politiknya.
Persoalannya adalah ada oknum tertentu, yang coba menyebarkan informasi menyesatkan, yang mempersoalkan keberagaman dan perbedaan yang ada. Padahal, Tuhan menciptakan bumi dan seisinya ini juga penuh dengan perbedaan. Tuhan justru menganjurkan kepada para manusia, untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain. Sebagai makhluk sosial, setiap orang tentu akan saling membutuhkan dan tidak bisa hidup sendiri. Karena itulah, setop mempersoalkan perbedaan pilihan politik. Tak perlu menyebarkan kebencian dan kejelekan pasangan calon. Mari hadapi tahun politik ini dengan penuh suka cita. Mari cek ricek bersama agar negeri ini mempunyai pemimpin yang tepat. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H