Anak dan remaja di era milenial ini, tentu berbeda dengan era sebelumnya. Jika sekarang sudah familiar dengan teknologi, era sebelumnya masih belum. Mainan anak dulu adalah memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya, dan dimainkan secara bersama. Mainan sekarang adalah melalui gadget, dan dilakukan secara online. Interaksi secara langsung nyaris jarang terjadi. Semuanya digantikan dengan teknologi. Dan memang, kecanggihan teknologi ini tak bisa dihindarkan. Karena memang zamannya terus bergerak dan berubah.
Persoalannya, kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif, tapi juga bisa memberikan dampak negative jika ita tidak bisa memanfaatkan secara bijak. Ujaran kebencian banyak muncul di media sosial. Penyebaran propaganda radikalisme banyak muncul di media massa. Cara-cara perakitan bom juga banyak muncul di media massa. Kelompok-kelompok yang terus menyebarkan provokasi, juga terus bermunculan di media massa. Sementara media sosial sekarang ini banyak digunakan anak-anak untuk menghabiskan waktunya. Dan akibatnya, tidak sedikit anak-anak dan remaja yang terpapar radikalisme dan intoleransi.
Kenapa anak dan remaja rentan terpapar? Karena mereka masih dalam proses memenuhi rasa ingin tahu. Keingintahuannya itulah yang membuat anak dan remaja menyerap apa saja yang ada disekitarnya. Jika rasa keingintahuannya ini tidak diarahkan ke hal yang positif, tentu akan mengerikan. Karena konten-konten radikalisme dan intoleransi saat ini terus menyebar dengan berbagai cara. Tidak hanya dari mulut ke mulut, tapi juga menyebar melalui media sosial, yang saat ini banyak digemari oleh anak dan remaja.
Kemudahan mengakses informasi melalui internet, membuat anak dan remaja menjadi pihak yang rentah terpapar. Hanya dengan menggunakan smarthphone, dalam hitungan singkat bisa langsung mengakses informasi yang dinginkan. Perubahan kebiayaan mengakses televisi menjadi mengakses internet, menjadi hal yang tak bisa dikesampingkan di era sekarang ini. Untuk itulah, para orang tua, teman, keluarga, saudara dan siapapun harus senantiasa mengingatkan. Harus senantiasa memberikan informasi yang menyejukkan di media sosial. Karena dengan informasi yang benar, menyejukkan, dan tidak provokatif, secara tidak langsung kita juga ikut berperan aktif dalam mencegah penyebaran radikalisme.
Internet perlu, tapi harus digunakan untuk tujuan yang baik. Biarkan anak mengakses informasi di internet, tapi kita berikan pemahaman yang benar. Anak-anak harus bisa menyerap informasi dari mana saja, tapi tidak boleh meninggalkan dasarnya sebagai masyarakat Indonesia. Mengenalkan dan memperkuatn nilai-nilai keraifan lokal, adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyebaran paham radikal. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H