Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Ricky Perdana

gemar travelling, fotografi dan menulis

Jangan Salah Melihat Islam

Diperbarui: 11 Juli 2018   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cermati | tripadvisor.com

Sejak Black September yang terjadi tanggal 11 September 2002 di Amerika Serikat menjadi momentum bagaimana dunia melihat kaitan antara Terorisme dan Islam. Serangan terhadap menara kembar World Trade Center dan dua serangan lainnya yaitu Pentagon serta Pennsylvania adalah trauma terbesar AS (dan dunia) soal terorisme

Peristiwa yang menelan korban sekitar 3.000 ini kemudian diklaim al Qaeda sebagai tanggungjawabnya. Al Qaeda dibawah Osama bin Laden kemudian menjadi salah satu orang yang paling dicari dan diburu pihak AS. Kemudian Negara itu menyerang dan melumpuhkan teman-teman dan jaringan Osama untuk mempersempit pergerakannya.

Sejak itu pula dunia melihat dengan seksama perkembangan terorisme dan kaitannya dengan Islam. Apalagi Osama adalah tokoh asal Arab Saudi yang bersinggungan dengan Islam radikal dunia. Dia disinyalir berhubungan dengan kaum radikal di Mesir, Sudan dan beberapa negara lainnya. Akhirnya Osama pindah ke Afganistan sebelum akhirnya pindah ke Pakistan dibunuh di sana oleh tentara AS.

Dunia menganggap Osama menginspirasi kaum Islam untuk menjadi radikal karena citranya sebagai tokoh Islam dan tak segan mengutip ayat --ayat suci al Quran. Pidato, ajaran dan sikapnya ditiru dan diyakini oleh kaum pro radikal. 

Mereka mengutip ayat-ayat perang tanpa melihat konteks masa lalu dan masa kini sehingga diterapkan secara salah dengan menyerang orang-orang tak bersalah dan membuat ketakutan banyak orng di dunia. Yang paling miris adalah banyak orang di dunia memandang Islam secara salah karena Islam yang dicitrakan sebagai kaum keras dan tak segan membunuh orang yang tak sealiran dengannya.  

Kalau kita melihat di tanah air kita Indonesia makin banyak orang yang sering menerjemahkan ayat-ayat perang dalam al Quran secara tidak tepat dan tidak pada konteksnya. Indonesia yang dibangun dari perbedaan tidak cocok sebagai tempat menganalogikan ayat-ayat perang. Yang justru harus dibangun adalah ayat-ayat damai yang mempererat persaudaraan sehingga kedamaian dan suasana akrab itu tercipta. Dengan adanya kedamaian maka kita punya energi cukup untuk membangun dan lebih maju dibanding saat ini.

Seperti pemerintah Arab Saudipun akhirnya membekukan asset-aset keluarga Osama bin Laden di Arab karena disinyalir berhubungan dengan kaum radikal. Dengan kata lain, Arabpun tidak setuju jika radikalisme ada pada bangsa mereka karena radikalisme tidak akan membuat bangsa itu maju.

Jadi biarkan Indonesia damai dan rukun dengan segala perbedaan. Fahami ayat-ayat radikal dengan konteksnya dan yakini ayat-ayat yang membuat damai. Dengan begitu kita akan lebih maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline