Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Ricky Perdana

gemar travelling, fotografi dan menulis

Masyarakat Harus Cerdasi Sikapi Isu SARA di Dumay

Diperbarui: 31 Januari 2018   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia maya kini seperti negara terbesar di dunia melebihi China sekalipun karena komunitas yang terikat di dunia maya seperti facebook, twitter dan beberapa platform media social lainnya. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah karena teknologi terus menerus menyempurnakan tampilan dan mutunya sehingga masyarakat dunia merasa nyaman untuk terikat pada gadget dan dunia maya.

Penyuka dunia maya memang akan bertambah terutama bisa dilihat dari begitu aktifnya diskusi yang terjadi di media social. Orang tidak perlu saling ketemu seperti pertemanan 20-30 tahun lalu, namun mereka bisa intens berdiskusi.  Bisa juga mereka berkenalan di dunia maya tapi intens berdiskusi juga.

Karena dibantu teknologi, intensitas diskusi ini bisa amat padat dan menjadi keras. Masing-masing pihak mempertahankan pendapatnya. Di sinilah semua kemungkinan bisa terjadi semisal bully membully. Kegiatan ini bisa berlangsung amat keras, termasuk memasukkan unsure Suku Agama Ras dan antar Golongan (SARA). SARA adalah bahan yang paling mudah sebagai pancingan emosi karena SARA adalah hal yang berkatagori privat. Orang cenderung  terganggu jika bersinggungan dengan hal-hal yang berbau privat.

Dalam perkembangan negara kita, SARA juga pernah digunakan sebagai alat untuk pencari dukungan politik dari masyarakat. Cara itu ternyata efektif karena banyak orang yang terpancing dalam perbedaan pendapat itu. Padahal cara itu sama sekali tidak elok dan cenderung membuat masyarakat terbelah.

Salah satu solusi mengatasi hal itu adalah menyusun regulasi lebih konkret . Pemerintah Indonesia memang sudah berusaha membuat aturan yang dapat menertibkan atau membuat orang memnggunakan sosmed dengan bijak. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana membuat masyarakat lebih cerdas bermedia social atau dengan kata lain, membuat masyarakat lebih cerdas berdigital.

Konsep ini sering disebut sebagai Literasi digital. Literasi digital lebih kompleks. Merujuk Allan Martin, literasi digital merupakan gabungan dari beberapa bentuk literasi yaitu: komputer, informasi, teknologi, visual, media dan komunikasi. Ini berarti literasi digital membutuhkan kemampuan penguasaan teknologi, kompetensi menganalisa informasi, kemampuan berkomunikasi efektif, menikmati karya visual

Literasi digital membuat masyarakat dapat mengakses, memilah dan memahami berbagai jenis informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Selain itu mereka dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berpolitik dengan menyampaikan aspirasinya di kanal-kanal tertentu. Melalui media digital, masyarakat dapat menyuarakan perspektif dan opininya demi keadilan tanpa merugikan pihak lain. literasi digital membuat seseorang dapat mengawasandi lingkungannya dengan baik. Sehingga ia dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial dengan lebih baik

Karena itu dalam bermedia social, orang harus cerdas dan paham bagaimana sifat dan dampaknya. Terlepas dari itu, mungkin kita harus mulai memikirkan bahwa lebih baik tidak membahas hal-hal berbau SARA dalam dunia maya karena sebenarnya hal itu adalah urusan privat. SARA cenderung bisa menjauhkan persahabatan dan memutus tali persaudaraan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline