Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Ali Rendra

Kartawedhana

Kata-mangata (Do'a dalam Syair dan Pantun Berbahasa Banjar)

Diperbarui: 22 Oktober 2023   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu cover catatan "kata-mangata" Banjar milik seorang ulama di Rantau-Tapin (dokumentasi penulis)

Rendra.

TACB Kab. HSS, Pembina Komunitas Dapur Budaya HSS.

Pada masa awal masuknya Islam di Nusantara terutama di daerah Kalimantan Selatan tidak serta merta merubah semua aspek kebudayaan lokal menjadi "pure" mengadopsi tradisi yang bernuansa Timur Tengah.

Para pengislam cukup fleksibel dalam membaurkan dan mengintegrasikan nilai-nilai keislaman kedalam sebuah tingkah laku dan perbuatan masyarakat lokal. Dalam komunitas masyarakat Islam pribumi sudah barang tentu telah menerima hal-hal yang dilarang mutlak di dalam aturan syariat Islam terutama terkait "hukum" yang disepakati oleh semua kalangan. Seperti terkait tentang pelarangan memakan babi, khamar atau aturan hukum yang jelas tentang siapa saja yang boleh dinikahi dalam agama Islam.

Bagitupun dengan hal-hal lain yang tidak memiliki urgensi primer terkait hukum dalam Islam khususnya pada masa-masa awal penetrasi Islam pada masyarakat baru yang sebelumnya terdiri dari masyarakat awam dan pribumi non muslim di masa lalu.

Kalimantan Selatan yang kemudian hari dikenal dengan masyarakat (Islam) yang amat religius dimana juga memiliki tinggalan kebudayaan lokal yang kental akan tradisi-tradisi berbau Islam didalamnya. 

Salah satu tradisi yang masih hidup pada masyarakat Banjar hingga sekarang adalah tradisi kata-mangata (juga disebut "bacaan") yang pada umumnya digolongkan kepada salah satu bentuk Mantra lokal di Nusantara. Dalam kebudayaan Banjar setidaknya ada beberapa jenis tujuan dalam "mantra Banjar" yang umum dikenal yakni jenis Kariau (memanggil), panyumbi (kekuatan), mamang (panggilan roh leluhur), pandaras (kekuatan pukulan), pambanci (membuat kebencian), pambungkam (untuk membungkam), tutulak (pencegah/penolak), tatawar (penawar), tundung hantu (pengusir hantu) panyangga (penahan), Papikat (pemikat), Pirunduk (penakluk).

Secara spesifik Kata atau kata-mangata dalam tradisi Banjar lebih merujuk kepada doa yang diucapkan dalam bentuk syair atau pantun dengan rima pada kalimatnya. Ada banyak jenis dan tujuan kata-mangata sesuai dengan keperluan dan keinginan si pemakainya, seperti :

1. Kata Maras

2. Kata Hambar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline