Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Ali Rendra

Kartawedhana

Organisasi Massa, Partai Politik, dan suburnya Pers di "Hoeloe Soengai" pada era Revolusi Kemerdekaan

Diperbarui: 28 April 2021   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto 1 Kunjungan M. Husni Thambrin( Ketua Pengurus besar Parindra)di pesanggrahan Kandangan tahun 1938 Sumber : Ahmad Darmawi, Koleksi : Wajidi

A.A Rendra

Dilihat dari latar belakang sejarah, keberadaan Partai Politik, Organisasi Massa dan Pers di Hulu Sungai (Afdeling Hoeloe Soengai yang beribukota di Kandangan), jauh sebelumnya sudah sudah banyak beraktivitas dan berkembang. Keadaan demikian pada gilirannya menelorkan banyak tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan, Republiken, dan gerilyawan pejuang Kemerdekaan.

Sekitar tahun 1930-an di Kandangan dan sekitarnya telah berdiri cabang partai politik yang bernama Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), Anggota-anggota yang aktif saat itu adalah Achmad Barmawi, H.Sukeri, H. Muhammad Rafa'i, Dahri, Syamsi Rais, Abdul Djabar, Aluh Idut, Rahmah Bahran, H.Busra, Husain ( Guru HIS ) dan yang lainnya. PBI pedoman besarnya berkedudukan di Surabaya dengan Dr. Soetomo sebagai ketua. 

Karena perkembangan dan tuntuan keadaan,  PBI kemudian dilebur menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra) yang berpusat dijakarta dibawah pimpinan M.Husni Thamrin dan Sukardjo Wiryo Pranoto ( saat itu anggota Volkstraad ). Begitu meluasnya aktivitas para anggota Parindra di Hulu Sungai ( Kandangan, Barabai dan Amuntai ) saat itu, sampai 2 orang pimpinan Parindra pusat di Jakarta mengkhususkan waktu untuk datang ke Kandangan, selain itu di Hulu sungai Parindra aktif membuka kursus dan mendirikan Sekolah Neutralschool .

Foto 2 : Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) cabang Kandangan Sumber : Yurliani Johansyah Koleksi : Wajidi (Eksistensi Partai Indonesa Raya di kalsel)

Di Kalangan Generasi muda di Banjarmasin dibentuk sebuah wadah perjuangan baru yang diberi nama Persatuan Pemuda/Pemudi Indonesia yang dipimpin oleh Facrudin Mohani, M.Hanafiah dan kawam-kawan. Kemudian di Kandangan dibentuk cabang PPI yang dipimpin oleh H.M Rusli, Merah Danil Bangsawan, Abdoel Moeis, dan yang lainnya.

Menjelang awal 1946 para tokoh masyarakat yang tampil waktu itu merasakan bahwa kekosongan perjuangan melalui bidang politik yg bersifat legal merupakan suatu kepincangan yang tidak menguntungkan. 

Para tokoh Republiken berpendapat bahwa ketidak ikut sertaan para orang pro Republiken dalam merencanakan dan menentukan segala program di pemerintahan, sama saja membiarkan mereka (Belanda / pribumi pro Belanda) berbuat sewenang-wenang. 

Karena itu apabila ada wadah hak untuk memberikan suara dan pendapat haruslah dimanfaatkan. Sementara itu pimpinan PRI yang diharapkan rakyat untuk berjuang menegakkan pemerintahan Republik mulai melemah & dimanfaatkan Belanda sebagai alat pemerintahannya. 

Beberapa pimpinan yang melihat bahaya itu mengadakan rapat tertutup, rapat tersebut menghasilkan perubahan besar pada PRI dengan membentuk persatuan yang bergerak dibibang politik yakni SKI ( Serikat Kerakyatan Indonesia) pada tanggal 19 Januari 1946 dibawah asuhan  Dr. D.S Diapari, Dr.Suranto, A.A Rivai, A.Sinaga, R. Sa'ban, E.S Handuran, Abdullah, dan lain-lain.

Kemudian, di Kandangan dalam kurun waktu tertentu. Persatuan Wanita Indonesia ( PERWANI ) cabang Kandangan yang dipimpin oleh H. Rahmah Bahran, melakukan aktivitasnya dalam mendukung perjuangan khususnya di kalangan kaum wanita. 

Aktivitas tersebut mendapat perhatian lebih dan kemudian mendapat kunjungan Ny.Herawati Diah pimpinan pusat KORWANI Jakarta yang sengaja datang ke Kandangan menghadiri kegiatan kewanitaan dikota tersebut (cabang Kalimantan Selatan diketuai oleh Ny. Noorsehan Djohansyah). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline