Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Qomaruddin

kolektor buku dan pengagum perempuan cantik

Pesan Moral Film "Preman Pensiun", Perspektif Filosofi Hidup Orang Jawa

Diperbarui: 24 Januari 2019   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Hari Kamis (17/Januari/2019) pecinta genre film drama&komedi di suguhi tontonan yang cukup menarik juga menggelitik, film besutan sutradara Aris Nugraha dan produser Miftah S yahya dan Reggi Djundjunan ini berhasil membius kurang lebih 352.000 penonton dalam kurun waktu empat hari mulai tanggal 17 sampai 20 Januari 2019, banyak penonton yang memberi apresiasi dalam bentuk cuitan maupun tulisan di berbagai sosial media. 

Kali ini penulis ingin mengurai pesan moral film tersebut dari kacamata beberapa filosofi hidup orang jawa yang kurang lebih demikian:

1.Memayu hayuning Bawana ambrasta Dur  hangkara (Membangun kebaikan dan mencegah kemungkaran) maknanya adalah hidup di dunia harus banyak membangun dan membasmi angkara murka. Adegan yang mencerminkan filosofi hidup diatas adalah pesan kang muslihat kepada bekas anak buahnya (gobang,Ujang,Murad,Pipid,Dik dik,Bohim,Cecep dan lainnya)untuk profesi pekerjaan dan berkonsensus untuk tidak menjadi preman lagi.

2.Becik ketitik olo ketoro(perbuatan baik maupun buruk lambat laun akan terlihat). Adegan film tersebut yang mencerminkan filosofi ini ketika kang Bahar (yang di perankan Alm.Didi Petet) sebelum menghadap sang kuasa, beliau memberi pesan kepada muslihat (di perankan Epy Kusnandar) dan seluruh anak buahnya bahwa "pekerjaan kita ini benar tapi tidak baik".

Adegan lain ketika Dikdik Harus terbunuh ketika tidak komitmen dengan konsensus untuk tidak lagi menjadi preman di terminal,dia mati ditikam pisau oleh Gobang yang merupakan kakak ipar Dayat lantaran menyewa darman (salah satu preman di pasar baru) guna menghabisi dayat karena kabur dari kasus sewa rental mobil.

3.Mangan ora mangan seng penting ngumpul (kebersamaan harus di utamakan). Adegan pada saat kang gobang (wakil kang muslihat) menelpon seluruh mantan anggota untuk kumpul guna di adakanya pesta kecil-kecilan (memberi pelajaran kepada penganiaya adik iparnya yang bernama Dayat.

4.Nrimo ing pandum(menerima pemberian dr yg kuasa). Adegan ekspresi mimik muka kangmus yang menggerutu pasca pemaparan Ujang bahwa usaha kecimpringnya berlahan menurun omset penjualanya,namun ketika di tanya Neng Kinanti (salah satu putri Kang Bahar) kangmus menjawab bisnis kecimpring ini harus tetap berjalan meskipun pemasukan cenderung menyusut,karena banyak warga yang menggantungkan hidup dari usaha kecimpringnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline