Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Qoiman

Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Selamatkan Kami dari Bahaya Sinetron

Diperbarui: 6 Desember 2015   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada dua sisi dari tayangan media televisi, baik dan buruk. Dua sisi ini menyatu dalam perdebatan pro dan kontra berbagai pihak. Bagi pihak yang menilai positif , keberadaan siatan televisi dianggap dapat memberi kemudahan informasi, memperluas cakrawala pengetahuan atau khazanah ilmu terhadap masyarakat luas. Sebaliknya, sebagian yang lain meniali bahwa tayangan televisi kini hanya menyuguhkan beragam peristiwa atau kejadian yang cenderung tidak mendidik, membuat fitnah, dusta, dan menyesatkan moral manusia.

Sulitnya menemukan kebenaran baik atau buruk yang terdapat dalam media televisi menuntun kita untuk dapat berpikir jernih dalam melihat fenomena ini. kenyataanya, ternyata tidak mudah menemukan solusi atas penilaian berbeda terhadap televisi. Dari sinilah kita seolah dipaksa untuk mau mengamini bahwa televisi bukan barang biasa. Walau hanya berukuran kecil yakni 14 inci atau paling banter 29 inci, namun keberadaan kotak ajaib yang satu ini begitu kuat dalam mempengaruhi perubahan peradaban manusia mulai dari pola piir, sikap, sampai perbuatan sehari-hari.

Pada kesempatan kali ini, mari kita ungkap salah satu dari sekian banyak tayangan yang ada dalam televisi yang sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat yang tidak lain dan tidak bukan adalah sinetron. Mengapa sinetron?, kita tentu tahu bahwasanya mulai dari anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga sekalipun saat ini sangt antusias terhadap tayangan televisi yang satu ini. Para anak-anak seakan sudah dewasa ketika menonton sinetron, para remaja menilainya apa yang terjadi dalam sinetron akan menjadi sebuah trend dan mereka harus mengikuti itu. Lain lagi dengan si ibu rumah tangga, mereka para penanggung jawab anak-anak mereka bahkan rela mengorbankan aktivitasnya di dapur demi memenuhi hasrat rasa ingin tahu atau penasaran mereka akkan kisah lanjutan dari cerita sebelumnya, dan momen penting dalam setiap episode.

Mereka para penggila sinetron seolah tak sabar ingin segera tahu bagaimana nasib si protagonis yang ditampilakan di episode kali ini.apakah protagonis mempu melewati segala rintangan dan tantangan, atau sebaliknya, gagal. Menggugah rasa penasaran penonton adalah bagian dari trik para pekerja media.

Mengkonsumsi sinetron, bagi kalangan muda bukan lagi hanya menjadi sebuah kebutuhan, melainkan juga dijadikan sebagai simbol pergaulan, pembentukan identitas individu dan komunitas baru. Namun sayang, kekreativitasan anak bangsa ini tidak diimbangi dengan pendidikan yang memadai. Mereka justru menelan mentah-mentah setiap realitas yang disajikan sinetron. Dari cara berucap, berpakaian, berperilaku, berinteraksi sosial, serta cara pandang terhadap kejadian-kejadian yang ada.

Alhasil, dalam hidup sehari-hari, kita bisa lihat bagaimana perilaku anak muda zaman sekarang. Anak gaul dikoar-koarkan sebagai embel-embel yang prestisius dikalangan mereka. Mereka kadang sudah tidak malu ketika tampil di depan umum. Dengang berpakaian ala aktor dan artis menjadi tren budaya padahal belum tentu itu pantas bagi mereka. Dan ada yang lebih parah lagi, predikat jomblo atau tidak mempunyai pacar dianggap menjadi sebuah aib dalam pergaulan mereka. Pada akhirnya gonta-ganti pacar menjadi legal untuk menunjukan eksistensi sebagai anak gaul. Segala tindakan sosial yang melanggar norma rasanya juga tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sinetron televisi yang menyusup kedalam tubuh anak muda dengan cara terselubung. Secara tanpa sadar anak muda dipaksa untuk menyukai hal-hal yang berbau seksualitas dan kriminalitas lewat sajian sinetron televisi.

Terlepas dari anak muda yang lebih cenderung meniru perilaku negatif sebagai hasil mereka dalam menyaksikan siaran sinetron di televisi, pihak dari media sendiri juga patut untuk dibahas. Mengapa demikian?, tentu karena merekalah yang memproduksi sinetron-sinetron tersebut. Sebagai media yang baik seharusnya sinetron di produksi dengan tema-tema yang bisa membangun karakter anak muda agar bisa menjadi lebih baik, cara pandang, budaya yang sesuai dengan bangsa kita ini, bangsa yang menjunjung tinggi akan nilai-nilai kesopanan, kaya akan moral dan berpegang teguh pada budaya timur.

Untuk itu, pilihan sikap kritis terhadap media televisi adalah sebuah keharusan untuk dilakukan oleh masyarakat guna membentengi derasnya arus era digital saat ini.hal itu bertujuan agar penonton tidak mudah ditenggelamkan atau diombang-ambing dalam pusaran arus besar dari televisi yang menyesatkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline