Mempelajari berbagai aspek psikologis anak sangat membantu keberhasilan proses pengajaran karena dengan memahami berbagai faktor yang merupakan kondisi awal anak, akan menjadi alat bantu yang penting bagi penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Perbedaan individual sering kali terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah, meskipun wajar mengingat kondisi setiap siswa yang berbeda, guru tidak boleh membiarkan keadaan ini begitu saja. Guru harus berusaha mengatasi situasi perbedaan individual dalam proses pembelajaran siswa, karena jika tidak ada yang dilakukan tentu akan terjadi perbedaan hasil belajar yang mencolok antar siswa, maka guru juga dianggap gagal dalam mengajar, karena rendahnya rata-rata pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mengatasi perbedaan individual dalam pembelajaran di sekolah yang berpedoman pada sistem pendidikan klasikal, terlebih dahulu harus diatasi dengan menyelenggarakan sistem pendidikan individual, yaitu pengajaran yang berusaha menarik atau melayani setiap siswa sesuai dengan kebutuhan serta tingkat kapasitas yang dimiliki siswa (Turhusna & Solatun, 2020).
Berbagai macam kegiatan dalam proses pendidikan yang memerlukan pemahaman terhadap peserta didik, diantaranya adalah perencanaan pendidikan, pemilihan alat dan sumber belajar, pemilihan materi, interaksi belajar mengajar, pemberian motivasi, layanan bimbingan penyuluhan dan berbagai faktor lain. Tugas tersebut bukanlah merupakan pekerjaan yang sederhana, tetapi memerlukan ketelatenan dan dedikasi yang tinggi untuk dapat selalu memahami anak, menyesuaikan penyesuaian tersebut dalam cara mengajar dan dalam pengambilan keputusan. Apapun hambatan yang dialami di lapangan dan bagaimanapun sulitnya memahami setiap individu siswanya merupakan tugas guru sebagai tenaga pengajar untuk terus melakukan usaha, agar proses pengajaran dapat membuahkan hasil yang maksimal (Hadi, 2017).
Secara lebih rinci, Riswanti, Halimah, Magdalena dan Silaban (2020) menjelaskan sebuah alternative bagi guru dalam menghadapi perbedaan individu. Pada mulanya, guru dapat menjelaskan materi secara umum kepada seluruh siswa, kemudian guru memberikan soal-soal latihan kepada siswa yang merasa materi sudah disampaikan dengan jelas. Guru kemudian bertanya kepada siswa lain apakah ada materi yang perlu dijelaskan kembali. Menanggapi siswa yang kritis membutuhkan pendekatan pembelajaran yang terbuka. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuktikan suatu jawaban benar atau salah, dan guru hendaknya memberikan cara bagi siswa untuk mendalami materi yang diajarkan. Tetapi siswa harus berhati-hati untuk tidak memaksakan kehendaknya pada siswa lain, karena ini akan menjadi beban bagi mereka. Selain itu, guru diharapkan mampu terus memotivasi siswa untuk berprestasi. Dari hasil kajian yang ada, terlihat bahwa perbedaan individu pasti ditemukan pada semua kondisi pembelajaran. Yang terpenting adalah apa yang dapat dilakukan guru untuk mengelola perbedaan ini.
Menghadapi perbedaan individu siswa, guru harus bijaksana. Artinya, guru harus berperilaku sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswanya agar dapat memberikan perhatian penuh kepada siswa yang sedang berjuang. Selain itu, guru harus menyesuaikan pembelajaran yang diberikan terhadap perbedaan individual antar siswa. Salah satu cara yang dapat diambil oleh guru dalam hal ini adalah dengan menerapkan mastery learning, yaitu pembelajaran yang berkualitas dimana guru dan siswa secara bersamasama memutuskan berapa lama waktu yang diperlukan dan apa yang perlu dilakukan oleh siswa. Yang penting disini adalah kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan kualitas pembelajaran dan pelajaran, sehingga tidak semua siswa memiliki penguasaan yang sama. Untuk lebih mengenal pola interaksi siswa, sebaiknya guru berinteraksi dengan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler, berbicara dengan siswa di luar kelas, atau makan siang bersama secara berkala. Untuk merencanakan keterlibatan dan keberhasilan siswa, guru dapat menggunakan dua cara, yaitu menggunakan materi pelajaran yang berkualitas tinggi sebagai poin diskusi utama dan gunakan pertanyaan terbuka untuk melibatkan siswa (Riswanti, Halimah, Magdalena & Silaban, 2020).
Di dalam kelas, anak juga dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kecerdasannya yang disebut "kelompok kemampuan", misalnya kelompok cerdas, sedang, dan rendah. Alhasil, pelajaran bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing kelompok (Saberan, 2016).
Strategi untuk mengajar anak-anak dengan kecerdasan rendah atau kelompok anak-anak dengan pemahaman yang lambat, pemikiran abstrak yang buruk, imajinasi yang buruk, ingatan yang buruk, asosiasi, analisis, dan interpretasi hal-hal. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Pengajaran harus lebih spesifik, memberikan lebih banyak pengalaman langsung, lebih banyak latihan, (b) Pelajaran harus lebih berulang, tetapi mencari pemahaman terlebih dahulu, (c) Harus menghasilkan variasi, gangguan dan motivasi dalam pelaksanaan tugas, sebagai tugas mereka. rentang perhatian tidak cukup lama dan mereka membutuhkan lebih banyak aktivitas fisik, (d) Saat menghadapi anakanak ini, Guru harus sabar, ramah dan antusias. Anakanak membutuhkan lebih banyak bimbingan dan tidak boleh dipaksa untuk belajar lebih dari yang mereka mampu.
Strategi mengajar anak yang pintar, atau anak segala macam, akan lebih cepat proses belajarnya. Mereka selalu ingin tahu dan suka bertanya. Minat mereka luas, mereka dapat berpikir secara abstrak dan melihat hubungan dengan mudah. Jadi dalam pendidikan, yaitu: (a) Materi pembelajaran harus ditambah, diukur dan diperdalam pengetahuannya, (b) Anak-anak ini dibimbing dalam belajar mandiri dengan menggunakan buku perpustakaan, kamus, atlas dan sumber lainnya. Anak-anak ini berkembang dengan kecepatannya sendiri, (c) Anak-anak memiliki masalah karena mereka mampu menyelesaikannya. "Pemecahan masalah" harus menjadi metode pembelajaran yang disukai, (d) anak-anak ini tidak memerlukan banyak latihan dan pengulangan karena mereka memiliki ingatan yang baik, (e) mereka tidak membutuhkan banyak alat bantu visual karena mereka memiliki kemampuan. berpikir lebih abstrak.
Strategi untuk mengajar anak rata-rata, atau dengan pengetahuan tentang cara mengajar yang baik atau yang buruk, kita dapat menyesuaikan pelajaran dengan kemampuan anak pada posisi tengah antara kedua kelompok tersebut. Dalam hal ini perlu diingat bahwa saat berkelompok usahakan untuk tidak menimbulkan rasa superioritas atau inferioritas pada diri anak. Saling menghormati dan kerjasama selalu dipupuk dan dikembangkan dalam hubungan kelompok dan kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H