Pendidikan merupakan jendela dunia, sebuah ungkapan yang lazim kita dengar. Namun, di balik kalimat yang terdengar sederhana, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan. Pendidikan di Indonesia, seperti di banyak negara berkembang, masih berhadapan dengan berbagai masalah. Dari segi kualitas hingga aksesibilitas, sistem pendidikan kita sering kali menjadi subjek kritik, debat, bahkan kontroversi.
Di balik setiap angka statistik, tersimpan cerita yang jauh lebih mendalam kisah tentang anak-anak yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan layak, guru yang bekerja keras dengan segala keterbatasan, hingga pemerintah yang terus mencari jalan untuk memperbaiki sistem yang ada.
Fakta Pendidikan di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa. Dengan populasi yang begitu besar, tantangan dalam menyediakan akses pendidikan yang merata tentu menjadi sangat beragam.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah terus meningkat, namun masih terdapat ketimpangan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di wilayah-wilayah terpencil, akses pendidikan masih menjadi masalah utama, dengan kurangnya infrastruktur seperti gedung sekolah, tenaga pengajar, hingga sarana transportasi.
Selain itu, kualitas pendidikan di Indonesia juga menjadi sorotan. Berdasarkan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh OECD, Indonesia terus berada di peringkat bawah dalam hal kemampuan membaca, matematika, dan sains. Untuk meningkatkan kualitas Pendidikan untuk membaca bisa mengunjungi situs Kukrok yang menyediakan beberapa artikel tentang Pendidikan.
Hal itu menunjukkan bahwa meskipun akses terhadap pendidikan sudah mulai diperluas, kualitasnya masih menjadi PR besar. Sebagai contoh, pada beberapa tahun lalu Indonesia menempati posisi 72 dari 77 negara peserta PISA dalam kemampuan membaca, sementara dalam bidang matematika dan sains, Indonesia masing-masing berada di posisi 72 dan 70.
Tantangan lain yang tidak bisa diabaikan adalah kualitas guru. Data dari Kemendikbudristek menunjukkan bahwa sekitar 40% dari total jumlah guru di Indonesia belum memiliki sertifikasi profesi yang memadai. Ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan di banyak sekolah. Keterbatasan anggaran, kurangnya pelatihan berkelanjutan, serta tantangan geografis turut memperparah situasi ini.
Opini Arah Pendidikan ke Mana ?
Jika berbicara tentang arah pendidikan, tentu kita harus melihat beberapa kebijakan pemerintah yang ada saat. Program "Merdeka Belajar" yang digagas oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada. Program ini diharapkan dapat memberikan kebebasan lebih kepada siswa dan guru dalam memilih cara belajar yang paling sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun, apakah kebijakan ini sudah efektif diterapkan di lapangan?
Banyak pihak yang berpendapat bahwa kebijakan "Merdeka Belajar" masih belum sepenuhnya diterapkan dengan baik. Salah satu alasannya yaitu ketidaksiapan infrastruktur di banyak sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Ketika sistem digitalisasi diterapkan untuk mendukung pembelajaran, kita harus bertanya, apakah semua sekolah sudah memiliki akses internet yang memadai? Jawabannya adalah belum.