Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Nawawi

Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Matematika IPB University

Manajemen Stress dan Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Single Mother di Perkotaan

Diperbarui: 29 Mei 2023   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Renda Sulistyorini Padma Putri, Hanna Khalisah, Amanda Nabila, Kathleen Rabika Sijabat, Raras Sasanti S.R.

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA dan Ir. MD. Djamaludin, M.Sc.

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang cukup berarti bagi kehidupan masyarakat di dunia. Salah satu dampak dari pandemi Covid-19 yang mengalami perubahan cukup signifikan adalah pada keluarga. Salah satu contoh dari perubahan antara sebelum, saat, dan sesudah pandemi adalah dampak yang dialami oleh seorang ibu tunggal yang memiliki pekerjaan keseharian menjual sayuran di pasar. Pandemi memberikan dampak negatif bagi seorang ibu tunggal yang menjual sayuran di pasar, yaitu berkurangnya pengunjung dan menurunnya penghasilan harian, sedangkan dampak positifnya adalah lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak dan belajar menjual sayuran melalui e-commerce. Berdasarkan hasil survei mengenai persentase kepala rumah tangga ibu tunggal sebelum, saat, dan setelah pandemi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika (BPS 2023) adalah bahwa kasus ibu tunggal di perkotaan sebelum, saat, dan sesudah pandemi Covid-19 mengalami kenaikan dan penurunan tiap tahunnya. Faktor tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti suami telah meninggal dunia, kasus perceraian, seorang suami yang pergi kabur meninggalkan keluarga, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan tingkat stres pada seorang ibu tunggal, masalah utama apa saja yang mereka hadapi, dan manajemen yang dilakukan untuk mengurangi tingkat stres, serta cara seorang ibu tunggal dalam meningkatkan kesejahteraan pada keluarganya.  

Stres yang dialami pada seorang ibu tunggal sangat mungkin terjadi. Hal ini disebabkan oleh tekanan yang besar, beban materi dan emosi, serta waktu yang tersita oleh banyaknya pekerjaan setelah seseorang menjadi ibu tunggal. Pekerjaan untuk mencari nafkah dibarengi dengan mengurus rumah tangga sangat sulit dilakukan oleh satu orang saja. Selain itu, sulitnya mencari pekerjaan juga menambah beban yang mengakibatkan stres.

Sebelumnya, hal tersebut mungkin dapat dibicarakan dan dicari solusinya bersama suami. Tetapi, setelah menjadi ibu tunggal, masalah tersebut hanya dapat ditanggung oleh diri sendiri karena takut memberatkan anak. Beban emosional karena ditinggal oleh suami juga dapat menyebabkan stres. Kebutuhan dan kekhawatiran akan masa depan anak dapat juga menjadi sumber stres bagi ibu tunggal. Semua narasumber yang kami wawancarai mengalami stres ketika baru saja menjadi ibu tunggal. Merasa belum siap dan beban yang berat menjadi sesuatu hal yang menakutkan bagi seorang ibu.

Stres yang dirasakan ibu tunggal menyebabkan kesejahteraan dalam keluarga menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Beban materi yang hanya bersumber dari ibu seringkali terasa kurang untuk memenuhi seluruh keinginan dan kebutuhan keluarga. Strategi dan kerja keras dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan anak akan sandang, pangan, papan, sekolah, dan kebutuhan harian juga dibebankan kepada seorang ibu tunggal yang juga memenuhi kewajiban dalam mengurus urusan rumah tangga. 

Peran ibu tunggal dalam keluarga merupakan hal yang sulit dan terdapat tantangan dalam menjalani peran tersebut. Kesejahteraan keluarga menjadi sulit ketika peran suami sebagai pencari nafkah harus digantikan oleh ibu yang juga memiliki peran untuk mengatur rumah tangga. Beban yang ditanggung oleh ibu tunggal dapat menyebabkan tekanan dan tekanan tersebut dapat mengakibatkan stres.

Dalam menghadapi stres dan tekanan dari berbagai arah, semua ibu tunggal membutuhkan telinga untuk didengar dan bahu untuk bersandar. Jika sebelumnya beban tersebut bisa dibagi dengan suami, setelah menjadi ibu tunggal dibutuhkan peran baru untuk melengkapi kekurangan itu dan menjadi sumber kekuatan. Untuk itulah komunikasi dan hubungan yang intens dengan keluarga menjadi sumber kekuatan tersendiri, terutama dalam keluarga inti. 

Dari hasil wawancara yang dilakukan, didapat bahwa satu dari lima narasumber merasa tidak ada perbedaan kesejahteraan sebelum pandemi, di masa pandemi, dan setelah pandemi. Hal ini terlihat bahwa kesejahteraan di setiap keluarga single mother berbeda-beda. Satu dari lima narasumber yang kami wawancara beranggapan bahwa sejahtera tidak selalu dinilai dari materi saja, tetapi kesejahteraan bisa dari kondisi psikologis. Misalnya, dengan melihat dari jawaban narasumber ketiga, Ibu Muti. Beliau berkata bahwa beliau merasa sejahtera dan tenang jika melihat ketiga anaknya bersyukur, apalagi anak sulung beliau juga membantu beliau dalam berjualan balon.

Dengan memperhatikan masalah stres dan kesejahteraan pada keluarga ibu tunggal, maka diperlukan manajemen dalam mengatasinya. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh ibu tunggal dalam mengatasi stres. Cara tersebut diantaranya adalah mengikuti kegiatan di luar seperti pengajian, berbagi keluh kesah dengan saudara, menjadikan anak sebagai penguat dan penyemangat, serta mendekatkan diri kepada Tuhan. Dapat dikatakan bahwa dari hasil wawancara tersebut, terbukti bahwa komunikasi yang intens terutama dengan keluarga inti dan pendekatan dengan menyandarkan pikiran pada Tuhan adalah salah dua dari mengatasi stres yang dialami oleh kelima narasumber. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline