Nafsu menulis yang menggebu telah menenggelamkanku dalam kegelapan, sehingga tidak mampu mengenali mana berita yang benar, dan mana berita yang salah.
Berangkat dari tulisan saya yang terdahulu, yang berisikan sebuah kesalahan fatal dan terlihat dungu miskin berita, asal comot, dangkal referensi, yang akhirnya hanya menghasilkan kritik keras, hujatan, dan cemoohan, dari para kompasianer.
Sebuah tamparan yang cukup telak, namun ini adalah pelajaran yang sangat penting untuk saya, bahwa memang tidak semestinya kita (saya) menulis asal, apalagi hanya sekedar asal menulis.
Jangan karena hanya mengantongi sepotong berita, lalu dengan gagah berlagak pongah menulis sepotong berita itu, lalu menyebarkannya dengan tanpa rasa malu. Meskipun jarang sekali orang melirik tulisan kita (termasuk tulisan saya) dan meskpiun tulisan kita, hanya jadi hiasan di sidebar tulisan terbaru, dan sangat mustahil akan dibaca oleh banyak orang, itu tidak berarti mengurangi kehati-hatian kita (termasuk saya) dalam menuliskan sebuah berita.
Ketika nafsu menulis demikian menggebu, tidak serta merta secara membabi buta, asal comot, asal tulis, karena akibatnya kalau memang benar beritanya maka tidak jadi masalah, akan tetapi jika tulisan kita( termasuk saya) ternyata mengandung berita yang salah, bahkan atas dasar asumsi yang ngawur bin fatal, maka tak ayal yang didapat adalah hujatan dan cemoohan.
Jangankan menulis berita yang salah, menulis berita yang benar saja, ketika menyampaikannya tidak pas dan tidak tepat, maka akan ditafsirkan salah oleh orang lain yang membacanya.
Kompasiana adalah sebuah media sosial yang besar, banyak orang-orang besar, tenar, dan pintar. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari media besar ini.
Terima kasih untuk teman-teman Kompasianer. Saya akan belajar banyak dari kalian semua..
Sumber : muhasabah.or.id