Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Mujiyarto

sedang belajar

Pak Dahlan Iskan, ke Mana Uang 500 Kami?

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah bukan hal yang baru kiranya,jika tidak hanya saya atau para teman-teman yang mengalami ini. Bagi yang sehari-hari menggunakan moda transportasi kereta api,baik itu krl commuter atau kereta lintas kota,lintas provinsi pasti sudah tak heran lagi dengan gaya pemberitaan yang satu ini.

Yah..meskipun hal ini terlihat begitu kecil dan sederhana,namun jika terus dibudayakan akan menjadi sebuah budaya buruk yang tak boleh diwariskan oleh siapapun.Budaya tidak jujur,dan mengurangi hak orang lain adalah sebuah budaya yang tak pantas diajarkan,apalagi bagi sebuah instansi BUMN yang punya wilayah kerja dibidang jasa dalam rangka  pelayanan publik.

Sederhana saja kiranya apa yang ingin saya tuliskan, kejadian yang tidak hanya sekali dua kali hal ini terjadi,tapi sudah berulangkali,hampir-hampir saja saya menganggapnya sudah biasa. Dan hal itu tidak hanya di alami oleh saya sendiri,tapi juga oleh banyak orang.

Setiap kali membeli tiket untuk sekali keberangkatan,seperti kemarin saya memesan tiket untuk keberangkatan tanggal 22 maret 2012 dengan jurusan stasiun poncol.Sudah berjam-jam saya antre dari selepas subuh,padahal loket buka jam 7 pagi,tapi syukur saya masih bisa kebagian tiket.Lega rasanya...

Masalahnya ada disini harga tiketnya adalah rp 33.500,- (sungguh sangat terjangkau bukan..?) ,uang saya 50 ribu,tapi uang kembaliannya masih kurang 500 rupiah. Tidak hanya sekali itu,dilain hari yang sudah-sudah saya juga mendapati hal yang sama,yakni harga karcis sekian ribu,tapi lagi-lagi kembaliannya kurang 500 rupiah. Tidak hanya saya,tapi ada lebih dari ribuan orang yang pasti mengalami hal yang sama.

Pertanyaannya apakah mereka (petugas) memang sengaja melakukan itu,kalau mereka berdalih tidak ada uang receh 500 rupiah,juga tidak selamanya bisa dibenarkan,soalnya  saya juga melihat banyak tumpukan receh uang 500-an.

Lalu jika uang 500-an itu tidak masuk ke kas PJKA  lalu masuk ke kas manakah??

Ah...andainya saya boleh berburuk sangka,dan menuruti omongan dari beberapa teman,

" ya dengan begitulah dapet untungnya...,uangnya ya masuk kantong pribadi..."

Memang bagi sebagian orang uang receh 500-an tidaklah berharga,dia hanya membuat kantong menjadi penuh sesak saja. Tapi bagi sebagian mereka yang bersusah payah mencari sepeser-demi-sepeser uang,tentu 500 cukuplah berharga.

Jika anda naik angkutan,uang receh 500 sangat berharga,jika tidak memberinya, maka siap-siap saja anda di sumpah serapahi oleh sang sopir.

Pak Dahlan Iskan,semoga saja tidak membacanya dan tidak merasa tersinggung..

=====================

Uneg-uneg dari hati,dan smoga berkenan membacanya..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline