Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Mujiyarto

sedang belajar

Maaf Nyonya, Aku Adalah Lelaki yang Sudah Beristri (2)-Habis-

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak berselang lama semenjak hari itu,tepatnya dihari Sabtu,aku melihat ada mobil sedan hitam yang terparkir didepan rumah Mbah Tomah ibunya Maya.Aku melihat dari kejauhan ada laki-laki paruh baya yang menunggu didepan,dan tidak masuk kedalam rumah.

“apakah dia suaminya Ibu Diana..?” gumamku dalam hati.

Kemudian keluarlah seorang wanita berambut panjang dan lurus,aku kenal betul dialah Maya,yah dahulu sewaktu masih duduk dibangku SD dan SMP aku pernah satu kelas dengannya.Setelah lulus dia melanjutkan ke MA (Madrasah Aliyah) sedang aku masuk SMA,dahulu aku melihatnya sering menggunakan jilbab,pergi kemana-mana selalu mengenakan jilbab,tapi kemana jilbabnya sekarang..?apakah sudah ia gadaikan dengan dunianya dan laki-laki itu…? Ah rasanya aku tidak percaya,Maya yang dahulunya pandai mengaji,dan berperangai aliim,lemah lembut,tapi kini semua sudah berubah.

Lalu aku ingat aku diberikan amanah oleh Ibu Diana untuk mengabarinya,aku segera mencari HP bututku,dan segera kukirimkan SMS kepadanya.

Tak berselang lama,dia menelponku

“Ali,kapan dia datang?,bersama siapa?.coba selidiki terus dan kamu tanyakan ke orangtuanya,dimanakah dia tinggal sekarang..?” cecar bu Diana

”Baru saja Bu,dia bersama seorang lelaki,dan kelihatannya dia sangat dekat dengannya.Untuk menanyakan itu saya tidak berani Bu…maaf..” jawabku tergugup

“ohh..ya sudah yang penting terima kasih sudah memberi kabar,dan hari ini aku akan segera pergi kesitu,aku tidak ingin kehilangan jejak mereka” sahut Bu Diana penuh semangat dan ambisi

“sudah dulu ya Li…” tutup bu Diana.

Baru sore hari menjelang maghrib tiba,ada mobil mewah warna merah terlihat dari depan rumahku,cahaya lampunya yang sangat terang,aku masih mengenali mobil itu,yah mobil bu Diana,dan dia tidak lupa dengan jalan ke kampung ini.

Tepat berhenti dibelakang mobil sedan warna hitam,yang aku yakin itu mobil suaminya.Aku tidak ikut serta dalam pertemuan yang mendebarkan itu,pasti ada prahara,dan perang dunia yang terjadi..Hemm..mengerikan.

***

Setahun kemudian,aku sudah menikah dengan gadis tetangga desaku,yang baru saja pulang merantau dari kota Palembang.,tapi pekerjaanku belum juga menentu,masih saja serabutan,dan sering dipanggil orang sebagai kuli cangkul,dan tebang padi,sedang istriku bekerja sebagai tenaga pendidik play group dikampungku.Sangat pas-pasan sekali hidup keluargaku.

Tak disangka pada suatu hari,HP bututku berdering,dari Bu Diana,yang mengabarkan berita bahwa sekarang dia sudah merelakan suaminya pergi bersama Maya,dan sekarang dia memintaku untuk menjadi karyawannya sebagai penjaga Apotek disebuah pusat kota semarang,yang berdekatan dengan Kampus Universitas Dipenogoro (Undip).

Tanpa pikir panjang akupun mengiyakan permintaannya,aku memang sedang membutuhkan pekerjaan yang lebih layak,ketimbang harus menjadi kuli serabutan.Aku harus mengumpulkan cukup uang untuk menyekolahkan anakku kelak.

***

Puji syukur aku telah bekerja di Apotek Diana Farmasi,setiap hari aku melihat anak-anak kampus yang berlalu lalang didepan Apotekku,terkadang aku berhayal ”hm.andaikan aku dulu jadi kuliah,pasti akan merasa senang seperti mereka”

Aku bekerja seharian penuh buka dari jam 07:00 sampai dengan jam 20:00,teman bekerjaku yang sudah lama bekerja disitu,yang setia mengajariku.Namanya Murni,dia adalah gadis asal Banaran,Salatiga.Dia sudah bekerja di Apotek itu selama tiga tahun.Dia merasa bekerja disini sebagai pengalaman,dan bermaksud ingin mendirikan usaha yang sama di kampungnya.

”Eh..Ali,kamu masuk kerja disini berkat siapa..?” tanya Murni disela-sela aktifitas bekerja

”secara tak sengaja aku mengenal Ibu Diana,ketika terjadi kasus dengan suaminya,yang kebetulan ada sangkut pautnya dengan tetanggaku.Aku yang memberikan informasi kepadanya.” jawabku

”oh....” dia hanya melongo..

***

Malam menjemput,beruntung setiap karyawan disini disediakan mesh,yang bersebelahan dengan rumah megah Bu Diana.Kurang lebih ada empat mesh,yang disediakan untuk para karyawan apotek.Yah..bu Diana memang memiliki lebih dari lima apotek yang tersebar diseluruh penjuru kota Semarang.Bu Diana memang orang yang sangat kaya dia memiliki anak laki-laki yang masih berusia belasan tahun dan masih duduk di bangku SMP.

***

Malam itu,udara Semarang terasa begitu panas.Aku yang biasanya setelah bekerja seharian seusai sholat Isya,aku selalu sempatkan membaca-baca katalog buku obat-obatan,agar nanti aku terbiasa dengan jenis dan nama obat,dan tidak bertanya-tanya lagi dengan Murni.

Tapi malam itu,aku merasa tidak nyaman berada didalam kamar,keringatku seolah tak berhenti untuk menetes.Kipas angin dudukpun rasanya tak sanggup mengusir kegerahanku.Aku hanya mengenakan kaus singlet,dan keluar kamar.dan duduk diteras rumah.Dan menikmati keindahan kota Semarang yang berbukit-bukit,sekaligus mengusir gerah yang melanda.

”hufftttt....indahnya kota semarang,” gumamku..

Tanpa ku sadari dari tadi ada sepasang mata yang memperhatikanku,yah..di kamar itu,kamar yang lampunya masih menyala,dan kordennya dibiarkan disibakkan,jelas terlihat,itu Bu Diana.

Aku memalingkan wajahku,dan tak ingin dilihatnya.Dan kemudian aku SMS istriku,menanyakan kabarnya,dan bagaimana keadaan kandungannya...

Ketika sedang asyiknya ber-sms-an,sungguh aku terkejut Bu Diana sudah berdiri tegak di belakangku.Aku sangat terkejut,karena dia mengenakan daster sutera berwarna putih.Suasana yang gelap,dan keasyikan sms dengan istriku,aku menjadi tidak menyadari akan kedatangan bu Diana.

Belum sempat aku menyelesaikan mengetik sms,lalu dengan sigap aku menyapa bu Diana.

”egh...Bu Diana,ada apa bu malam-malam begini datang kemari..?” tanyaku tergugup.

Aku minta ijin untuk masuk kekamar mengambil kausku,dan menutupi badanku.Tapi bu Diana melarangku.

Dia semakin mendekat ke arahku,dan merapatkan tubuhnya disampingku,pas disampingku.Hatiku berdesir,aku ingin menjauhinya,tapi bu Diana malah memegang tanganku,

”jangan pergi Li..” aku membutuhkanmu,untuk menemaniku..aku ingin curhat kepadamu”

”maaf bu,tapi jangan sekarang,saya malu kalau ada teman yang tahu,terlebih lagi Ibu adalah majikan saya.” sanggahku dengan mencoba melepaskan gengaman tangannya..

”tenanglah tidak ada yang tahu,aku sungguh kesepian Li...,apakah kamu tidak kasihan denganku...?” rengeknya dan genggaman tangannya semakin kuat.

”tapi bu..tolong,”

”Ali,aku sudah kehilangan kebahgiaanku selama ini,harta kekayaanku yang melimpah tak sanggup menghadirkan kebahgiaan sedikitpun.Aku tidak memiliki keluarga yang utuh,aku tidak lagi memiliki sandaran hidup...,kaluargaku hancur...” suara bu Diana semakin meledak-ledak.

”Bu..Diana,tenangkanlah hati ibu,ibu harus kuat menjalani ini semua.Ibu harus sabar dan tabah..,pasti kelak Tuhan akan memberikan ganti yang terbaik untuk Ibu..” jawabku

”tidak Li,aku tidak kuat lagi,aku putus asa,aku ingin lari saja dari hidup ini..”

”jangan bu,kasihan den Dimas,”

”aku bingung Li,aku tidak yakin bisa menghadapi ini semua seorang diri,aku butuh seorang pendamping,aku butuh teman hidup,tapi aku tak yakin Dimas akan mau menerima bapak barunya...”

”coba Bu Diana bicarakan baik-baik dengan den Dimas...” pintaku

”Sudah pernah kucoba Li,tapi dia malah memarahiku..” jawab bu Diana

”hemmm....maaf bu,saya tidak bisa membantu ibu lebih jauh...” kilahku,karena aku sadar masalah ini teralalu berat untukku.

”Ali...disampingmu aku merasa tenang dan nyaman,setiap kali aku melihatmu,aku merasa senang,dan ingin terus memandangmu.Aku ingin engkau menjadi bapaknya Dimas..”

”Deggg....hatiku berdegup kencang,aku tak percaya ini,aku sedang bermimpi....

”maaf Bu,aku adalah lelaki yang sudah beristri,”........kata terakhirku menyudahi ceritanya,dan ceritaku bekerja di kota Semarang.Karena paginya aku mengundurkan diri..

The end....

=====================

Dari tepian kota Jakarta

Rabu,11 Januari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline