Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Mujiyarto

sedang belajar

Titik-Titik Penaku,Menjemput Mimpi

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kawan..kembali rintihan pena ini kembali tertitik-tiitik di kanvas putih,menemaniku menjemput mimpi-mimpi di pengasingan malam yang mengharu-biru mendayu-dayu di kedua telingaku suara merdu rekaman alunan murattal.Di titik ini aku kembali berhenti dan mencari selah di manakah sisi yang selama ini belum ku jamah,sisi hati yang telah lama tak di peluk ketenangan,tak di jamah kedamaian..selalu berlumur dengan seribu satu teori kebaikan yang tumpul dan tak berbekas,selalu berkubang pada satu keadaan yang terus berulang,sudah coba ku ceraiberaiakan ia dari hatiku,tetap ia kembali mendatangiku,seolah-olah ia tak mau lepas dari buaian kemalasan hati.Terkadang memang pernah di satu sisi hatiku iman itu menang,tapi di sisi lain melawanpun sekiranya teramat sulit.

Kawan..kembali titik-titik ini tersambung dan terangakai menjadi seprosa,menjadi separagraf lengkap dengan kalimat-kalimat asing dan aneh.Mata ini telah lama tak berair,telah lama tersekat pandangan duniawi yang penuh dengan arogan dan snewen mengejar-ngejarnya yang sudah barang pasti tidak tahu akan sampai di mana nafas itu terhenti menemukan titik kepuasannya.Dinding kamarku membisu dalam bahasanya malam ini,hanya sedikit memantulkan sebagian bisingnya kipas angin yang terpasang di atas,pas di balok kecil horisontal penyangga asbes,yang kalau siang meninggi akan panasnya tak terkira.Kamar mungil tempat berteduh,membasuh peluh,Pengikat batang pengharapan,dan pelindung dari terik sang surya,dinginnya udara ketika hujan tiba,di sinilah awal cita-cita besar ini terintis....

kawan jika aku boleh bercerita,kamarku ini berbilang lebih lumayan lebar daripada ukuran kamar temanku yang lain,dengan merebahkan badan,masih sisa kira-kira setengah meter lagi,jika kau tahu ada teman-temanku yang lain,maaf hanya cukup meluruskan badan dan membalikkannya berapa gulingan saja sudah penuh,sudah tak bersisa..tapi kawan disinilah uniknya sisi-sisi perjuangan itu.Menyengarai melawan sesulit gerak tidur,tapi tidak akan mampu menyekat mimpi itu untuk terus berkelana mencari sisi yang tak terjangkau.

semata-mata tidak hanya realitas duniawi..yang ingin di capai,tapi yang lebih penting dan lebih substansial adalah kebahagiaan akhirat..karena memang di sanalah akhir kehidupan kita bermuara..akhir perjalanan panjang yang kita tempuh.Itu adalah sebuah keniscayaan akhir,jika ada sebagian kawan yg tidak percaya dengan hari akhirat nanti..maka ia telah berada dalam kebodohan yang sangat akut.

Mari Kawan...Kita jemput mimpi itu sekarang juga...

Janganlah pernah menyerah dengan keadaan hidup kita.

Orang besar selalu lahir dari segenap keterbatasan hidupnya.

____________________________________

Matapena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline