Lihat ke Halaman Asli

Umat Muslim Perlu Belajar dari Ahmad Wahib

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menyaksikan insiden penembakan di Paris beberapa waktu lalu, kita sebagai umat muslim perlu mengadakan koreksi besar-besaran. Khususnya mengenai sikap mental umat muslim yang masih diliputi budaya-budaya reaksioner dan emosional.
Sejatinya permasalahan-permasalahan tersebut sudah lama mengakar di dalam tubuh umat Islam sendiri. Sekitar tahun 60-an hal ini pernah diperbincangan oleh seorang intelektual muslim bernamq Ahmad Wahib.
Tapi,siapakah Ahmad Wahib itu?

Ahmad Wahib adalah seorang pemikir Islam. Beliau meninggal di usia 31 tahun (1942-1973) dan meninggalkan pemikiran-pemikirannya dalam sebuah catatan renungan yang dibukukan dengan judul "Pergolakan Pemikiran Islam.

Dalam bukunya,ia banyak mengkritik umat Islam yang masih terlena oleh kesakralan ajaran-ajaran dogmatis yang dibawa rasul. Menurutnya,perasaan eksklusif yang tumbuh subur di tubuh umat Islam lah,yang menjadikan umat Islam sendiri terisolasi oleh perkembangan zaman yang begitu cepat dan modern. Sehingga budaya reaksioner-emosional ini semakin sulit dibendung.

Kemandekan peradabaan Islam saat ini tidak lain karena kesalah-pahaman yang secara sadar atau tidak sadar dilakukan oleh umat muslim sendiri. Interpretasi-interpretasi ayat Al-qur'an dan hadist nabi hanya sebatas teks tanpa melihat konteksnya,membuahkan sikap mental umat Islam yang cenderung intoleransi. Baik intoleransi terhadap agama lain,sosial,budaya ataupun masalah-masalah modernisasi.

Dunia abad 21 sangat berbeda dengan abad 6 dimana Islam lahir. Banyaknya isu-isu baru yang berkembang seperti demokrasi,sosialisme,Hak-hak asasi,libelarisme,globalisasi sampai modernisasi mau tidak mau mempengaruhi sikap mental umat muslim sekarang. Disini,kata beliau,banyak celah-celah pada ajaran-ajaran Islam. Ia sering mempertanyakan kedudukan Islam dengan ideologi-idelogi atau paham-paham lain yang secara eksplisit tidak ada dalam ajaran-ajaran Islam.
Lantas,apa yang perlu kita pelajari dari Ahmad Wahib?
Ahmad Wahib mengajarkan kita,umat muslim,agar terus tumbuh  dengan mempertanyakan segala sesuatunya secara kritis dan tidak perlu takut mempertentangkan hal-hal kontradiktif dalam Islam. Ia mengatakan bahwa,"Tuhan bukan area terlarang untuk dibicarakan".
Juga beliau mempelopori agar umat Islam mengedepankan pluralitas kehidupan dengan tidak memandang sesorang melalui stempel-stempel agama. Hal ini dikarenakan pada saat hidup,ia memiliki "social circle" yang luas. Tidak saja intelektual islam yang dia gauli seperti Nurcholis Majid,Dawam Raharjo tapi dari kalangan gerejawan pun dia gauli. Uskup,biarawan,pendeta adalah teman-teman akrabnya semasa hidup.
Bahkan beliau mengatakan,pergaulannya yang beraneka ragam membuatnya sadar bahwa manusia beragama apapun tetaplah seorang manusia biasa yang bisa baik atau buruk. Baik buruk tidak ada sangkut pautnya terhadap taat atau tidak taatnya seseorang dengan agamanya.
Pemikiran pembqharuan beliau mendapat respon yang berbeda. Ada yang setuju dan yang tidak. Pada saat ia aktif di organisasi kader HMI,beliau mendapat respon yang tidak begitu baik sampai pada akhirnya dirinya memilih keluar di Pengurusan Besar HMI Djogja.
Kita berharap agar orang-orang seperti Ahmad Wahib dijadikan contoh bagaimana seharusnya umat islam bersikap mental. Budaya reaksioner-emosional harus segera diganti oleh budaya rasional seperti apa yang diharapkan Ahmad Wahib.
Kata beliau,Islam bukanlah agama yang sempurna. Melainkan umat muslim sendiri yang dalam prosesnya akan menjadikan Islam agama yang sempurna. Karna mengasumsikan agama Islam sempurna,sama saja membuat umat muslim superior atas agama lain serta beranggapan bahwa tak ada lagi yang perlu kita perbarui alias absolut.
Islam akan terus berkembang sesuai perkembangan modernitas. Kita pun perlu membudayakan rasionalitas jika kita tak ingin Islam mengalami stagnasi pemikiran.
Ahmad Wahib sudah tiada. Tapi pemikirannya akan terus relevan.
Mari budayakan sikap mental yang rasional dan intelektual.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline