Lihat ke Halaman Asli

Jam Pasir

Diperbarui: 4 April 2017   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan#2 : renungan khir tahun

Mari kita tengok sebuah jam pasir, yang terdiri dari dua bagian botol kaca yang dipisahkan oleh celah sempit dan diisi dengan pasir.Dimana butiran pasir mengalir dari bagian atas ke bagian bawah botol melalui celah yang sempit.Dan tidak ada yang tahu pasti  detik, menit dan jam yang ditunjukkan oleh jam pasir tersebut, dan lamanya jam pasir itu berjalan menaburkan pasir demi pasir melalui celah kecil itu hingga habis.Kecuali kalau dibandingkan dengan penunjuk jam lainnya. Apa makna mendalam yang bisa kita ambil dari jam pasir ini? Bisa diibaratkan jam pasir ini sebagai jam kehidupan kita, waktu hidup kita didunia ini, karena tak ada yang mengetahui berapa lama kita hidup didunia kecuali Sang Pencipta. Dan butir demi butir pasir kehidupan itu  meluncur ke bawah,  meninggalkan bagian botol bagian atas, semakin lama meluncur maka pasir dibagian atas makin sedikit, lama kelaman semakin habis. Bisa kah diulang? Untuk jam pasir mungkin bisa, balikkan saja bagian  bawah menjadi bagian atas kembali, maka proses tadi akan berulang. Tapi bagaimana dengan jam pasir hidup kita? bisakah kita bolak-balik, bisakah kita “paksa” Allah mengulang kehidupan kita, atau mengembalikan masa lalu kita? Tak ada yang Mustahil bagi Allah untuk melakukannya.Tapi sudah menjadi ketentuan dan sunnatullah bagi Allah untuk menjaga keteraturan waktu, dan membuat ketentuan bahwa waktu yang telah hilang tidak bisa kembali lagi. Maka sebelum jam kehidupan kita berakhir, sebelum semuanya terlambat, maka alangkah bijaknya kita memanfaatkan  jatah umur kehidupan kita yang tersisa dengan sebaik-baiknya agar tidak timbul penyesalan akan waktu-waktu hidup kita yang terbuang sia-sia.


Ahmad Khan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline