Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Kaab

Mahasiswa STAI Syaichona Moh Cholil Bangkalan angkatan 2017

Skripsi dan Problematika Mahasiswa Semester Akhir

Diperbarui: 4 Juli 2021   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sudah menjadi kebiasaan di penghujung perkuliahan, mahasiswa semester akhir melaksanakan tugas -yang katanya sakral- bernama skripsi. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. (Wikipedia)

Skripsi ditulis mahasiswa berdasarkan konsentrasi keilmuan yang mereka pelajari (sesuai jurusan) sebagai tugas akhir menuntaskan program sarjana strata 1 (S1). Skripsi juga merupakan karya ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat lulus perguruan tinggi.

Jadi, menyusun skripsi itu sebuah rangkaian kegiatan menulis dan membaca. Maka yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa semester akhir, pertama kali, yang akan memudahkan proses skripsi mereka tentu adalah membaca. 

Problematika yang terjadi -khususnya pada mahasiswa semester akhir- kebanyakan mengeluh dan ini dan itu dalam pelaksanaan skripsi. Mulai dari tidak memahami landasan teori, bingung mencari referensi, sulit menganalisa permasalahan, bahkan tidak paham sekali 😅

Tentu, hal semacam ini muaranya pada bagaimana dan apa substansi skripsi itu tadi, yakni, membaca. Banyak yang mengatakan 'saya paling malas membaca' atau 'saya jarang baca-baca, pusing' atau juga 'saya lebih suka melihat tiktok daripada membaca'. Kalau ini pernyataannya, maka perlu suatu refleksi “mengapa dulu kita memilih menjadi mahasiswa, ingin kuliah dan lulus menjadi sarjana?” 

Kalau malas membaca harusnya tidak perlu kuliah, langsung saja bekerja. Atau, cari kegiatan lain yang tidak perlu repot-repot untuk membaca. Hal yang membedakan sarjana dan bukan sarjana adalah pada pola pikir, membaca-menulis, dan khazanah pengetahuan serta pengalamannya. 

So, skripsi bisa menjadi mudah bagi mahasiswa yang rajin dan senang membaca. Dan sebaliknya, menjadi beban pikiran untuk yang malas membaca serta mengerjakannya. Semangat!! 

Seorang sarjana diharapkan akan menularkan ilmunya kepada orang lain melalui (salah satunya) kegiatan baca-tulis ini.

Sejatinya, skripsi adalah realisasi dari Tri Darma perguruan tinggi pada point ketiga, yakni, pendidikan, pengabdian, dan penelitian. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline