Lihat ke Halaman Asli

Lead by heart, Manage by head

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="639" caption="Enterprise Mega Solution PT. Telkom Indonesia"][/caption]

Sosok seorang CEO Telkom Arief Yahya yang memimpin perusahaan plat merah tersebut sejak tahun 2012 merupakan salah satu tokoh kunci keberhasilan dalam memimpin Telkom Indonesia. Transformasi yang terjadi pada Telkom Indonesia terlihat pada pertumbuhan laba bersih perusahaan di tahun 2013 sebesar Rp. 15,7 triliyun atau tumbuh 11,28% dibandingkan tahun sebelumnya.Selain itu berbagai penghargaan yang didapatkan oleh perusahaan & CEOnya antara lain CEO BUMN inovatif terbaik 2012, marketeer’s of the year 2013, the best startegic CEO 2013 serta berbagai penghargaan dari IHCS (Indonesian Human Capital Study) pada tahun yang sama.

Ketika bisnis ICT yang mengalami perubahan sangat pesat serta persaingan yang ketat antara operator telepon di industri tanah air. Telkom justru mampu menjawab tantangan bisnis ICT yang pada era sekarang menuntut adanya suatu inovasi. Karena dengan inovasi tersebut Telkom Indonesia mampu bersaing dengan perusahaan – perusahaan seluler yang ada di Indonesia. Strategi yang diambil salah satunya adalah dengan membuat sinergi antara anak perusahaan telkom yang bergerak di bidang TIMES (Telecomunication, Information, Media, Edutaiment and Services) melalui corporate level strategy.

Keberhasilan yang dicapai tersebut merupakan salah satu achievement yang dicapai oleh seorang Arief Yahya dalam menakhodai PT. Telkom Indonesia. Konsep berpikir Mega (Mega Thinking) yang diadopsi dari pemikiran Roger Kaufman (seorang pakar strategi manajemen) yang menyatakan bahwa perencanaan dalam perusahaan tidak hanya melibatkan indikator internal dari kinerja perusahaan semata. Tapi harus mempertimbangkan nilai – nilai yang diberikan kepada komunitas atau masyarakat. Maka dari situlah fondasi konsep mega thinking PT. Telkom Indonesia dimulai untuk menunjukkan eksistensi Telkom di Indonesia melalui level pemikiran mega yaitu “apa yang bisa perusahaan lakukan untuk negara?”. Pada level ini, perusahaan berorientasi pada kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia (societal needs) atau lebih luas lagi masyarakat dunia. Dalam agama islam konsep pemikiran ini disebut sebagai rahmatan lil alamin. Kemudian di level makro (makro thinking) ini berbicara mengenai “apa yang bisa perusahaan lakukan untuk pelanggan (customer)?”. Pemikiran makro ini karyawan diajak untuk berpikir bagaimana bisa merebut hati dari kebutuhan pelanggan (industrial needs).Serta pada level terbawah karyawan diajak berpikir secara mikro melalui “apa yang bisa kamu (karyawan individu) lakukan untuk perusahaan?”. Ketiga konsep pemikiran ini yang menjadi landasan dari filosofi eksistensi Telkom sebagai Perusahaan bisnis ICT di Indonesia. Hakikatnya apabila perusahaan berpikir secara mega, maka perusahaan dapat mencapai apa konsep berpikir pada level makro dan mikro. Karena ketika karyawan berpikir memajukan perusahaan atas dasar kepentingan masyarakat luas, kepentingan pelanggan dan perusahaan dengan sendirinya akan terpenuhi. Modal utama dalam konsep berpikir dengan mega thinking adalah melalui spirit of giving, semakin banyak kita memberi maka akan semakin banyak pula apa yang akan kita terima (the more you give, the more you get). Sehingga perusahaan tidak hanya berpikir bagaimana mencari profit semata tetapi juga memikirkan pemberdayaan dan kemaslahatan umat manusia.

Konsep berpikir secara mega inilah yang sejalan dengan filosofi kepemimpinan Arief Yahya Sebagai seorang direktur utama di perusahaan besar, seseorang harus dapat melakukan sesuatu yang bisa dijadikan warisan atas apa yang telah dilakukan. Prinsip “lead by heart, manage by head”mengandung makna seorang pemimpin harus dapat mengkombinasikan keseimbangan dalam memimpin dengan kemampuan spiritual dan intelegensial. Kemampuan dalam mensinergikan antara perasaan (hati) dan pikiran rasional (mind) merupakan kunci dalam prinsip memipin dengan lead by heart, manage by head. Kebanyakan pemimpin pada jaman sekarang jarang kita temui menggunakan hati dan perasaan dalam memimpin, mereka lebih mengutamakan keinginan ego pribadi, pemikiran yang rasional dan kearoganan. Faktor people yang merupakan filosofi kepemimpinan “seorang ayah” dalam keluarga (baca : organisasi) juga salah satu filosofi kepemimpinan seorang Arief Yahya. Telkom harus mampu mendidik serta memberdayakan "anak-anaknya" agar lebih siap menyongsong masa depan lebih cerah. Perusahaan yang hebat bisa terlahir jika dipimpin oleh seorang yang tidak biasa. Oleh karena itu, SDM yang dilahirkan tidak hanya harus memiliki skill keahlian, tetapi juga karakter yang sejalan dengan nilai – nilai perusahaan (corporate values).Filosofi inilah yang jarang ditemui dalam organisasi pemerintah dan seorang Arief yahya mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin sekaligus seorang ayah dalam keluarga yang memikirkan masa depan anak – anaknya (karyawan), agar dapat mencetak generasi yang lebih baik dari dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline