Ahmad Izzuddin
Para penyelam yang mencari mutiara dalam ilmu filsafat pasti sudah mengenal Filsuf paling berpengaruh di dunia, Socrates. Jika ada yang mengatakan penjelajah alam filsafat atau bahkan berbaiat sedang menempuh hidup dengan berfilsafat tetapi belum mengenal nama tersebut berarti kesaksiannya diragukan, bacaannya dipertanyakan. Banyak sekali ilmuan dan Filsuf yang mengatakan jika perkembangan disiplin ilmu pengetahuan modern saat ini pada dasarnya hanyalah catatan kaki--catatan kaki dari dua orang tokoh besar filsafat, Plato dan Arsitoteles. Jika hipotesa itu benar, maka premisnya harus ditambah bahwa "Plato dan Aristoteles adalah penerus dari Socrates, karena Arsitoteles adalah murid Plato, sedangkan Plato merupakan murid paling setia dari Socrates, semua pemikiran Plato merupakan buah ijtihad dari Socrates".
Filsuf yang memiliki adagium "Hidup yang tidak diuji adalah kehidupan yang tidak berharga" ini sampai disebut oleh kawannya dari Oracle Delphi sebagai orang paling bijaksana dari Athena, tidak sedikit pula yang menyebutkan jika Socrates sejatinya adalah Nabinya Allah. Mengingat dalam literature hadits terungkap ada 124.000 nabi dan 315 rasul. Misalnya dalam hadits Imam Ahmad yang bersumber dari Abu Umamah. Nabi Muhammad SAW bersabda "aku bertanya, Ya Rasulullah, ada berapakah jumlah nabi?" Rasulullah menjawab, "Nabi ada 124.000 dan diantara mereka ada para rasul sebanyak 315, mereka sangat banyak." Bahkan seorang penulis asal Selangor Malaysia alumni Universitas Brawijaya Malang, Muhammad Alexander sampai menulis buku "Luqmanul Hakim (Surat Lukman dalam Al-Qur'an) adalah Socrates Berkulit Hitam", Lukman yang mendapat julukan hakim (yang bijaksana) dalam Al-Qur'an menurut penelitian Muhammad Alexander memiliki ciri-ciri yang sama dengan Socrates.
Lalu bagaimana metode dialektika Socrates? Bagaimana proses mencari kebenaran menggunakan metode dialektik? Dan apa saja contoh ketika Socrates menggunakan metode tersebut? Metode dialektika atau metode kebidanan (karena ibu Socrates adalah seorang bidan), adalah sebuah metode yang digunakan oleh Socrates untuk mengungkap kebenaran-kebenaran universal pada individu melalui percakapan atau dialog. Demi sebuah proyek mencari kebenaran ini Socrates menghabiskan hidupnya dengan menyusuri jalan-jalan dan lorong-lorong hingga sudut-sudut Athena, ia menemui orang-orang yang mau diajak berdiskusi. Konon ia pernah berkata "Athena itu seperti kuda lamban, akulah yang menyengatnya agar beringas."
Dalam bukunya Ustadz Fahruddin Faiz digambarkan bahwa dalam menjalankan proyeknya Socrates setiap kali berdiskusi dan berdebat dengan orang lain, pertama-tama Socrates menempatkan dirinya sebagai "orang bodoh" yang tidak mengetahui apa-apa. Layaknya orang bodoh maka dia akan aktif bertanya, Socrates akan terus bertanya sampai lawan bicara menyadari kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan dari yang diyakini selama ini. Selanjutnya, lagi-lagi Socrates akan terus bertanya sampai lawan bicara berhasil memahami dan menyimpulkan sendiri seperti apa pandangan dan pemahaman yang benar. Tanpa disadari oleh lawan diskusinya, Socrates meggiringnya untuk mencapai pemahaman yang benar, tanpa harus mengguruinya.
Dengan metode diskusi seperti semacam ini, tentu saja lawan diskusi tidak merasa bahwa sebenarnya yang menunjukkan kebenaran adalah Socrates, karena ia akan merasa bahwa usahanya sendirilah yang menyebabkan ia sampai pada kesimpulan yang benar tersebut. Gaya ini disebut seperti seorang bidan yang membantu ibu-ibu yang mau melahirkan. Pada dasarnya yang melahirkan itu ibu-ibu itu sendiri, tetapi jasa bidanlah yang membuat ibu-ibu itu melahirkan dengan lancar.
Model berdiskusi seperti itu memenuhi hampir semua cerita tentang Socrates yang dipaparkan oleh muridnya Plato. Untuk itu disini akan dipaparkan setidaknya dua proses mencari kebenaran melalui metode dialektika yang diambil dari percakapan Socrates dengan Jenderal bernama Laches dan juga ketika Socrates bertemu teman baiknya.
Ujian Tiga Lapis
Pada suatu hari Socrates berkunjung kerumah temannya yang begitu gembira atas kedatangannya. Temannya lalu berkata "Socrates, tahukah kamu apa saja yang aku dengar tentang salah seorang muridmu?." Pertanyaan itu menunjukkan teman Socrates mengajak untuk ghibah.
Socrates lalu menjawab "Tunggu sebentar, sebelum kamu bercerita kepadaku, aku ingin kamu jawab dulu tiga pertanyaan berikut, namanya ujian tiga lapis."