Lihat ke Halaman Asli

ARAYRI

TERVERIFIKASI

Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Ujian Terberat Ibu Hamil Adalah Ketika Sakit

Diperbarui: 18 Juli 2015   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="gambar diambil dari shutterstock.com"][/caption]

Ibu hamil memang luar biasa. Sembari membawa buah hati tercinta di dalam rahimnya, beliau juga selalu menjaga kesehatan kandungannya. Sampai-sampai kondisi sang ibu sendiripun tidak dihiraukan, seperti ketika jatuh sakit. Sakit yang pada umumnya “biasa” saat tidak hamil menjadi sakit yang “luar biasa” ketika hamil, seperti ketika sakit batuk, flu, atau sakit kepala. Hal itu dikarenakan ibu hamil pada umumnya tidak boleh minum obat sembarangan saat hamil. Bisa anda lihat di stiker obat, banyak yang mencantumkan peringatan tidak boleh untuk ibu hamil.

Kondisi ini dialami oleh istri saya yang sedang hamil 3 bulan dan saat ini harus dirawat di rumah sakit karena dehidrasi dan terindikasi demam berdarah berdasarkan cek darah, NS-1 nya postif, walaupun trombosit masih dalam batas normal. Rasa sakit lainnya yang diderita adalah pusing di kepala dan panas sampai lebih dari 38 derajat. Sesampainya di rumah sakit dua hari yang lalu, dokter langsung memeriksa kandungan dengan USG. Alhamdulillah kandungan baik-baik saja. Namun, obat yang diberikan terbatas pada obat yang ramah untuk ibu hamil, misalnya paracetamol dan antibiotik racikan dari dokter, serta vitamin ibu hamil.

Hal itu membuat saya teringat pada pengalaman sebelumnya ketika istri hamil anak kedua dan giginya sakit. Walaupun akhirnya pergi ke dokter gigi untuk diperiksa, namun istri saya sempat menahan sakit gigi selama beberapa minggu. Dalam pemeriksaan kemudian, dokter sangat berhati-hati karena hawatir mengenai syaraf di bawah gigi. Sekecil apapun kejutan pada syaraf akan berpengaruh pada kandungan.

Belum lama, saya pernah minta tolong pada perawat klinik tempat kerja untuk memijat istri yang sedang hamil. Ternyata sang perawat klinik yang biasanya mau kali ini tidak mau. Beliau bilang tidak mau mijit orang hamil karena berbahaya bagi kandungan. “Kalau cuma telapak tangan atau kakinya aja bagaimana?” pinta saya. “Tetap tidak boleh. Pak! Kalau mau diiusap-usap aja, pelan-pelan, sama bapak sendiri”

Saya cukup kaget mendengar itu. Lantas bagaimana nasibnya ibu hamil yang sakit, tidak boleh dipijit dan tidak boleh minum obat. Apakah dibiarkan begitu saja? Kata teman-teman istri, sakit yang diderita ketika hamil baiknya dinikmati saja. Nah di sinilah letak ujian terberat ibu hamil, menikmati sakit yang diderita dan ketika sakit tidak boleh minum obat sembarangan. Kondisi berat ini bertambah jika selera makan hilang. Jadi asupan sulit masuk ke tubuh.

Mungkin inilah salah satu alasan kenapa kita harus menghormati seorang ibu. Bahkan kita diajarkan menghormati ibu tiga kali lebih besar daripada bapak. Perjuangan ibu tatkala hamil selama sembilan bulan sangatlah berat, belum lagi pas proses melahirkan, mempertaruhkan nyawa demi kelahiran sang bayi.

Bagaimana caranya menghormati atau memperlakukan ibu hamil? Terlebih bagi yang sedang sakit? Bagi kita masyarakat umum, bisa dilakukan dengan cara yang simpel seperti memberi kursi di bis kota, membantu menyeberang jalan, membawakan belanjaan ke angkot terdekat, mendahulukan dalam antrian, dan memberi jalan ketika berada di tempat umum.

Bagi seorang suami, yang bisa dilakukan adalah menyempatkan waktu bersama, sambil mengusap-usap punggung, kaki, atau perutnya, memenuhi permintaan ngidamnya, menemani ketika memeriksa kandungan ke dokter atau ke bidan, dan yang terakhir menemani ketika melahirkan. Bagi seorang anak, yang dapat dilakukan adalah menghormati, membantu, menuruti perintah ibu, serta mendoakannya setiap hari.  

Bagi seorang atasan, yang bisa dilakukan pada bawahannya yang sedang hamil adalah memberi waktu istirahat lebih, apalagi jika sakit dan melahirkan, memberi dispensasi terhadap tugas-tugas berat, seperti membawa barang, naik turun tangga, tugas ke luar dan lain sebagainya, serta membantu secara finansial untuk biaya berobat ketika sakit atau melahirkan, apakah dengan asuransi atau dengan sumbangan sukarela.

Bagi pemerintah adalah dengan membuat kebijakan pro ibu hamil, seperti memberi fasilitas khusus di tempat umum atau sarana transportasi, menambah fasilitas kesehatan untuk mereka di puskesmas atau rumah sakit, dan memberikan layanan dan obat gratis. Obat dan pelayanan gratis ini penting karena ternyata kondisi hamil dikatakan sebagai kondisi bukan sakit yang kadang menjadi poin yang tidak ditanggung oleh asuransi, walau melahirkan adalah proses mempertaruhkan nyawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline