[caption id="attachment_364762" align="aligncenter" width="448" caption="informasi jurusan harus komplit, foto pribadi"][/caption]
“Saya bingung sama anak saya, sudah dapat tempat kuliah yang bagus di Bandung, ternyata jurusan yang dipilih tidak sesuai” cerita rekan kerja saya yang bernama Pak Yit. Beliau bingung mikir anaknya yang sekarang minta pindah jurusan karena merasa tidak kerasan di sana. Yang tadinya kuliah kimia sekarang pindah ke industri. Masalah biaya dan waktu, serta umur jadi pertimbangan Pak Yit. Beliau akhirnya pasrah dan berdoa agar anaknya betah di industri.
Lain lagi cerita siswa saya yang bernama Edi. Saat sekolah, dia sangat berbakat di musik. Prestasipun cukup membanggakan, menjadi drummer terbaik di sekolah dan pernah juara band se-DKI. Ketika masuk masa kuliah, dia mengambil jurusan ekonomi di Jogjakarta. Setelah hampir beberapa tahun kuliah, dia merasa ga kerasan. Gundah. Akhirnya pindahlah dia ke Bandung, mengambil kuliah jurusan musik. Diapun semangat lagi dalam belajar. Satu lagi siswa saya bernama Endra. Dia mendapat tempat kuliah di Jogja juga, jurusan managemen. Sama kasusnya dengan Edi, dia tidak kerasan sehingga memutuskan untuk berhenti kuliah di Jogja dan kembali ke Jakarta. Kemudian di Jakarta kuliah lagi jurusan disain.
Saya sendiri punya pengalaman kuliah tidak sesuai dengan keinginan. Karena bapak saya seorang insinyur, beliau minta saya juga harus jadi insinyur. Saya sendiri pinginnya bukan insinyur. Tetapi akhirnya saya ikuti keinginan beliau, saya niatkan sebagai bakti saya kepada orang tua. Alhamdulillah saya kuliah sampai selesai. Namun setelah lulus, saya dapat kerja bukan di bidang teknik tetapi jadi guru, guru bahasa Inggris pula! (beda banget kan, teknik sama bahasa). Ketika kemudian dapat rezeki dari honor mengajar, saya tabung dan kuliah lagi jurusan bahasa, alhamdulillah sampai selesai.
Apa yang terjadi pada saya dan teman serta siswa saya di atas bisa terjadi pada siapa saja, karena tidak mempertimbangkan matang-matang jurusan yang akan dijalankan di perguruan tinggi. Salah memilih jurusan bisa mengganggu proses pendidikan karena sulit menjalankan sesuatu yang bukan keinginan kita atau bukan kemampuan kita, apalagi jika kita dituntut untuk belajar dan berprestasi, bisa makan hati dan lama-lama frustasi. Yang ada malah benci, pingin cepat pergi. Akhirnya minta pindah jurusan, nambah biaya dan waktu lagi. Selain itu salah pilih jurusan bisa membelokan bidang kerja seperti yang terjadi pada saya (hati tidak bisa diboongin) sehingga tidak sesuai dengan apa yang kita pelajari di perguruan tinggi, jadinya mubazir ilmu, dan jika dibiarkan bisa-bisa menggagalkan karir. Inilah yang harus kita antisipasi.
Bagaimana caranya agar kita tidak salah dalam memilih jurusan? Pada dasarnya keputusan seorang manusia, termasuk siswa atau anak kita, dilandasi oleh dua faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari diri anak sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar. Faktor external, berdasarkan pengamatan saya selama ini, memiliki pengaruh yang cukup besar dan menjadi bahan pertimbangan dalam memilih jurusan. Kedua faktor, internal maupun eksternal, harus diidentifikasi dengan baik sehingga keputusan yang dikeluarkan telah melalui pertimbangan yang matang.
[caption id="attachment_364763" align="aligncenter" width="336" caption="kerja bisa beragam, foto pribadi"]
[/caption]
Apa saja yang menjadi faktor internal dan eksternal? Marilah kita jabarkan satu persatu. Faktor internal itu adalah minat, bakat, dan nilai akademik siswa. Anak diharapkan memilih jurusan berdasarkan minatnya. Anak harus kita beri kesempatan untuk berfikir dan memutuskan sendiri pilihan mereka, dengan tetap kita beri masukan. Akan tetapi harus dijaga bahwa masukan kita bukan paksaan, hanya sebagai bahan pertimbangan, agar mereka memilih dengan tepat sesuai keinginan, bukan karena ga nak sama kita sebagai orang tua. Bakat siswa dapat diketahui dari hasil tes psikotes. Di tempat saya, setiap siswa kelas XII wajib menjalani tes ini, hasilnya digunakan untuk mempertimbangkan jurusan yang mereka pilih.
Faktor internal selanjutnya adalah nikai akademik yang berarti rekam jejak nilai mereka selama sekolah. Untuk faktor ini kita bisa konsultasikan dengan guru bimbingan karir (BK). Kita minta anak kita untuk datang ke guru BK secara rutin sedari awal lebih baik. Biasanya guru BK tahu, dengan capaian nilai anak kita, berapa besar peluang untuk masuk ke sebuah jurusan tertentu di perguruan tinggi tertentu. Guru BK selanjutnya akan memberikan jabaran jurusan apa yang kira-kira masuk dalam batas kemampuan siswa dan jurusan apa yang ada di luar batas kemampuannya, serta di perguruan tinggi mana. Kalau perlu kita sebagai orang tua juga ikut berkonsultasi dengan guru BK, sehingga kita dapat bantu mendiskusikannya di rumah.
Fakto eksternal, datang dari luar diri siswa. Yang cukup penting menurut saya adalah passing grade. Walaupun ini sifatnya prediksi atau prakiraan, tidak bisa dipungkiri menjadi bahan pertimbangan. Passing grade adalah nilai minimum siswa lolos ke jurusan tertentu. Nilai ini berbeda di tiap jurusan dan tiap universitas, tiap tahunpun bisa berbeda. Yang memengaruhi passing grade di antaranya adalah jumlah siswa yang minat terhadap jurusan tersebut dan nilai yang dicapai oleh siswa secara keseluruhan. Siswa pada umumnya sangat memerhatikan passing grade jurusan yang dipilih untuk disesuaikan dengan kemampuan. Misalnya siswa A ingin masuk jurusan teknik di perguruan tinggi A, namun karena passing gradenya tinggi, dan dia merasa tidak yakin, dia kemudian mencari tempat lain yang passing gradenya menengah untuk jurusan yang sama, kira-kira sesuai dengan kemampuan dan peluangnya lebih besar. Di dapatlah misalnya di perguruan tinggi B.
Faktor-faktor lainnya yang patut diperhitungkan juga adalah tempat kuliah, daya tampung, tren jurusan yang popular, peluang kerja, lokasi, biaya kuliah, dan keinginan orang tua. Tempat kuliah termasuk hal pokok yang ada di benak siswa. Siswa biasanya sudah memutuskan di awal mau kuliah di mana. Yang penting untuk diketahui adalah jurusan di perguruan tinggi tersebut bagaimana? dikelola dengan baik atau tidak? Daya tampung adalah kursi kosong yang ada diperguruan tinggi yang diperebutkan.Tren jurusan yang popular adalah jurusan yang banyak diminati pada saat ini. Semakin banyak peminatnya semakin sulit ditembus karena saingannya semakin banyak. Peluang kerja adalah bidang-bidang kerja apa saja yang bisa menerima lulusan suatu jurusan. Satu jurusan bukan berarti hanya satu bidang. Contoh lulusan bahasa Inggris, bisa jadi penerjemah, guru bahasa, ataupun pemandu wisata. Lokasi adalah kota atau daerah perguruan tinggi, dekat dengan rumah atau tidak, dekat dengan sodara atau tidak. Contoh kota, pada umumnya siswa saya banyak yang ingin ke Bandung dan Jogjakarta. Untuk menentukan ini, biasanya orang tua ikut sumbang saran. Dan yang terakhir adalah biaya kuliah, mempertimbangkan kemampuan finansial orang tua. Beberapa jurusan ada yang tinggi biayanya karena ada tambahan praktek atau laboratorium, ada juga yang biayanya standar. Faktor yang terakhir adalah keinginan orang tua. Tidak bisa dipungkiri, saat ini masih banyak orang tua yang ingin ikut menentukan masa depan anaknya, untuk kebaikan anak mereka sendiri. Yang harus diperhatikan adalah orang tua harus mengenal anaknya sehingga mampu melihat minat dan kemampuannya.
Dalam mempertimbangkan faktor external, peran guru BK sangat penting dalam memberi informasi dan penjelasan. Oleh karena itu guru BK diharapkan selalu mencari tahu dan memperbarui informasi tentang perguruan tinggi kepada siswanya, dan pihak sekolah diharapkan dapat memberikan fasilitas seperti jam pertemuan siswa dengan guru BK, khususnya ketika siswa berada di kelas XII. Siswa juga diharapkan proaktif dengan mencari informasi sendiri seperti melalui internet atau datang ke pameran pendidikan.
Informasi tentang faktor external ini juga bisa didapat dari kakak kelas/alumni yang telah kuliah di perguruan tinggi, seperti di tempat saya, para alumni setiap tahunnya datang untuk memberi informasi tentang kuliah yang sedang dijalani dan tempat kuliahnya, termasuk kota, ataupun pergaulan di sana. Alumni juga dapat memberi masukan dalam beradaptasi, bertahan, dan berprestasi di perguruan tinggi. Kegiatan berbagi akan sangat bermanfaat bagi adik-adik kelasnya yang akan masuk perguruan tinggi.
Memilih jurusan penting bagi siswa, agar proses pendidikan yang dijalankan di kemudian hari sesuai dengan keinginan dan kemampuan. Informasi dalam proses memilih jurusan dapat diperoleh dari guru BK, keaktifan siswa sendiri, orang tua, dan alumni. Keseluruhan dan kelengkapan informasi akan menghasilkan pertimbangan yang matang, sehingga jurusan yang dipilih tepat dan diketahui plus minusnya. Akhirulkalam, semoga anak-anak kita tidak salah dalam memilih jurusan di perguruan tinggi nanti sehingga mereka dapat belajar dengan baik dan membaktikan dirinya bagi bangsa dan negara setelah lulus nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H