Lihat ke Halaman Asli

ARAYRI

TERVERIFIKASI

Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Ketika Begal Meresahkan, Sosok Pengadil Jalanan Dirindukan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa hari ini, di tempat kerja saya di daerah Serpong Tangerang Selatan, rekan kerja banyak membicarakan begal yang meresahkan. Bukan cuma meresahkan bahkan menakutkan! Aksinya tidak tanggung-tanggung kejam, menodong dan melukai, bahkan mencoba membunuh korbannya jika tidak mengikuti kehendak mereka. Kemudian bukan hanya dilakukan malam hari bahkan teman bercerita siang bolongpun perobaan-percobaan pembegalan terjadi. Keadaan ini tentu membuat masyarakat takut bepergian naik motor apakah malam maupun siang. Ketakutan dan keresahan inilah yang mengingatkan saya pada sosok Ichiro, sang pengadil jalanan!

Ichiro, pernah saya tulis di sini, adalah sebuah mobil suzuki vitara putih yang aksinya marak ditampilkan di dunia maya. Aksinya dikenal luas sebagai pengadil jalanan bagi pengendara yang ugal-ugalan dan asal-asalan. Saat itu juga pengendara yang asal ditegur tanpa kenal bodi. Dari truk besar sampai motor kecil diberi pelajaran. Aksinya menyebabkan pro kontra di masyarakat. Saya sendiri merupakan orang yang kontra pada Ichiro karena membahayakan. Ichiropun akhirnya menyadari hal itu dan meminta maaf kepada masyarakat, sehingga berhentilah aksinya. Namun di kala begal meresahkan pengguna jalan, sosok pengadil jalanan seperti Ichirolah yang teringat di kepala saya, apakah  Ichirodirindukan?

Pertanyaan itu merupakan sebuah reaksi dari tindakan ekstrim pembegal di jalanan. Logika sederhananya adalah sesuatu yang ekstrim disetop dengan hal yang ekstrim juga. Ichiro adalah sosok yang ekstrim. Dari sekian banyak aksi yang dilakukannya menurut saya cukup ekstrim atau kalau boleh saya katakan gila, tindakannya menipiskan batas hidup dan mati! Berani bertindak dan berani mengambil resiko. Pertanyaan selanjutnya adalah ketika kita punya logika sederhana, kejahatan ekstrim dilawan dengan yang ekstrim apakah hal itu boleh dilakukan?

Puluhan tahun lalu kita mengenal petrus, penembak misterius, yang menembak preman-preman hingga mati, ini juga menurut saya sang pengadil jalanan. Preman yang meresahkan masyarakat dihukum tembak saat itu juga tanpa proses pengadilan. Sebuah langkah ekstrim untuk menghilangkan premanisme di masyarakat. Apakah tepat? Ya tentu saja tidak, karena main hakim sendiri tidak boleh dilakukan. Kenapa? Karena orang yang ditembak belum tentu salah. Harus melewati pengadilan dulu dan hukuman belum tentu ditembak. Namun jika keresahan itu tidak hilang-hilang, apakah kemudian petrus dirindukan?

Keresahan mengenai begal di jalanan Tangsel sudah cukup memuncak, sampai ibu Wali Kota, Ibu Airinpun mengingatkan para camat untukmenjaga keamanan dari begal terutama dengan kegiatan siskamling. (sumber). Terakhir kasus percobaan pembegalan yang mengakibatkan pembakaran satu orang begal sampai mati oleh warga di pondok aren. Menurut saya, itu merupakan buki bahwa kesabaran masyarakat sudah lewat. Bukannya dibawa ke polisi malah dihajar dan dibakar pelaku sampai mati. Aksi inilah yang kemudian menambah puncak pertanyaan di benak saya, apakah main hakim sendiri dirindukan?

Menurut saya, masyarakat menjaga keamanan itu penting dilakukan, tetapi tetap main hakin sendiri tidak boleh dilakukan. Kenapa? Karena salah-salah masyarakat sendiri yang kena pasal atau yang cilaka, karena kadang maling teriak maling atau maling  bersenjata,bisa kita yang dihajar masa karena diteriakin maling atau terkena sabetan senjata tajam pembegal, atau senjata api, naudzubillah! Oleh karena itu bukan hanya kesabaran yang dijaga namun juga pembinaan kesadaran masyarakat akan hukum,termasuk kesadaran untuk turut serta menciptakan keamanan baik untuk diri sendiri maupun kelompok masyarakat. Di sinilah peran masyarakat bisa ditingkatkan agar sesuai dengan proporsi dan kompetensi.

Kalau begitu, apa peran yang bisa dilakukan oleh masyarakat? Peran masyarakat bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok. Secara individu dilakukan oleh pengendara motor, sedangkan secara berkelompok dilakukan oleh RT atau RW. Secara individu, pengendara motor diberi pengarahan trik-trik sederhana menghindari begal. Contoh ada cerita dari rekan saya, seorang tukang tahu merasa diikuti oleh sekawaan begal. Nah ketika perasaan itu muncul dia mencoba menghindar dengan cara memberhentikan motornya dan langsung dijatuhkan didekat parit, terus teriak minta tolong. Ga papa malu sedikit. Untuk trik lainnya masih dilingkup kewaspadaan ketika bermotor. Jika ada yang mencurigakan silahkan klakson berkali-kali dan mencari tempat ramai atau terang kemudian berhenti sejenak. Pastikan ada penduduk atau warga di sana.

Yang perlu dilakukan oleh kelompok adalah dengan memperhatikan sekelilingnya, salah satunya seperti yang dikatakan Ibu Airin dengan siskamling.Kemudian masyarakat harus sadar apakah ada pendatang baru atau tidak. Pertanyaan seorang rekan menyentil pikiran saya. Begal itu tidurnya dimana?” Bener juga, setiap orang pasti butuh tidur dan istirahat. Jika kita melihat sekeliling, ada orang baru yang tidak kita kenal, kita harus waspada. Bukan berarti menuduh tetapi kita bisa awasi dan waspada jika ada yang mencurigakan. Orang yang kedatangan tamu jauh dan menginap harus lapor RT/RW agar jelas keberadaannya dan identitasnya dan tidak dicurigai orang. Jika ada orang yang dicurigai segera lapor RT/RW atau polisi. Biar mereka yang menghadapi, dengan prosedur yang berlaku dan cara yang aman.

Peran serta masyarakat, harus dalam koridor, mengingat keselamatan masyarakat sendiri dan norma yang berlaku. Tidak bisa dipungkiri, kerinduan  terhadap sosok pengadil jalananmungkin muncul dalam benak dan bayangan kita. Membayangkan para pembegal ditabrak motornya hingga jatuh sehingga aksi dapat disetop oleh pengadil jalanan yang pemberani. Namun tetap itu beresiko tinggi dan tidak dibenarkan. Masyarakat harus bermain aman, dengan tetap waspada, bersama dengan pihak berwenang bersinergi menggodoknya. Bermain aman untuk keselamatan dirinya, waspada untuk keselamatan kelompoknya, dan bersinergi dengan pihak berwenang untuk menjerat pelakunya. Apakah kita bisa? Insya Allah Bisa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline