Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Harapan

Diperbarui: 28 Januari 2019   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pernah menjadi lelaki yang paling bahagia
Tapi, kenyataan demi kenyataan datang begitu saja
Kau memutuskan untuk pergi dan menyuruhku untuk melupakanmu
Aku mencoba menerima dengan baik perpisahan kita.


Aku berusaha untuk menghargai hal itu.
Aku sempat bahagia, karena ini merupakan jawaban dari doaku mengenai kita
Mengingat pernyataan mu berkali kali dan sangat menyayat hatiku pada saat itu
Malam ini aku kembali menangis, karena teringat kembali kenangan kita.
Mengingat banyak nya kebaikan mu mengingat kesalahan fahaman.
Mengingat kata-katamu, mengingat apa yang pernah menjadi mimpimu, mengingat semua tulisan-tulisan ku tentangmu.


Aku tak memintamu untuk kembali, walau bagaimanapun aku harus tetap bahagia.
Menerima dengan ikhlas kata"berpisah" yang kau pilih, mungkin ini bahasa lembut tuhan yang memberi tahuku bahwa kau bukanlah yang terbaik.
Aku menangis, atas semua kesalahan yang telah ku lalui selama ini, alur cerita yang sampai titik ini, atas semua pelajaran yang berharga.


Aku merubah janji ku yang akan menjadi lebih baik bersama mu,
Sekarang aku berjanji akan menjadi lebih baik tanpa mu.
Terbanglah setinggi mungkin dengan sayap barumu, aku pun demikian.

Ahmad Hilman
~penulis iseng

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline