"Radit! Ayo, buruan! Nanti terlambat," kata Nadia sambil berjalan melewatinya.
Tanpa menjawab, Radit langsung menyudahi sarapannya dan bergegas menuju mobil. Mpok Mineh terlihat segera membereskan meja makan sesaat setelah sang anak pergi.
Seperti biasa, Nadia melakukan jadwal rutin hariannya yaitu antar jemput anaknya sekolah. Pagi itu dandanannya tak kalah menarik dari hari-hari sebelumnya. Saat mobil Nadia melintas keluar dari garasi, tampak Herman sedang membersihkan mobil sang suami. Tuan Mukti biasanya pergi kerja jam 7-an setelah sang anak berangkat duluan.
"Radit, nanti kalau Mama telat jemputnya, kamu tunggu aja ya," ujarnya saat mobil terhenti di lampu merah.
"Emang Mama mau kemana?" sahutnya.
"Mama ada keperluan. Mudah-mudahan gak sampai telat jemput kamu. Nih, Mama kasih uang tambahan buat jajan," hiburnya.
Seperti tidak hirau dengan ucapan mamanya, anak semata wayangnya itu malah sibuk dengan mainannya. Menanggapi itu, Nadia dengan agak kesal menegurnya, "Radit, kamu dengar Mama gak?"
"Iya, Ma," tukasnya.
Memperhatikan sang anak dengan mainannya, ia agak heran mengapa Radit yang sudah kelas lima, lebih suka dengan mainan yang satu itu. Padahal mainan lainnya banyak. Sesaat setelah Radit turun dari mobil, Nadia langsung menyisipkan mainan ular-ularan, laba-laba, dan kalajengking itu ke saku bagian belakang joknya. Sambil memperhatikan makeup-nya di spion dalam mobil, ia bergumam, "You look great, Babe!"
.......