Di dinding kamar itu, tergantung beberapa buah foto yang tersusun secara diagonal. Paling atas, ada foto seorang gadis kecil tersenyum sambil memegang piala dan piagam penghargaan dalam sebuah kontes peragaan busana adat. Di bawahnya, terdapat foto seorang anak perempuan yang berseragam pramuka lengkap dalam suatu kegiatan perkemahan. Satunya lagi berupa foto liburan sebuah keluarga di pantai.
Melihat foto-foto itu sekilas, siapa pun akan beranggapan anak perempuan di foto itu adalah anak yang ceria, cerdas, dan berprestasi. Si anak yang tak lain Erika, juga dikenal sebagai anak yang lincah dan energik. Saat SD, ia ikut ekstra kurikuler pramuka. Selain itu, ia juga berminat pada badminton. Dalam perkembangannya kemudian, pramuka lebih ia geluti daripada badminton.
Kegemaran olahraga saat SD ini ternyata tak padam. Waktu SMP, ia memilih basket sebagai ekskul. Ia merasa cocok dan mulai serius berlatih. Hasilnya cukup mengejutkan. Orangtuanya bahkan tidak menyangka jika ternyata Erika berbakat dalam basket. Beberapa kali ia pernah mewakili sekolahnya dalam pertandingan basket antar sekolah.
Hal itu terus berlanjut hingga SMA. Bahkan tim basket SMA-nya pernah meraih peringkat kedua di suatu turnamen. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi sekolah maupun keluarga. Tak heran, di sisi dinding yang lain di kamarnya terpajang foto dirinya bersama tim basket sekolahnya dalam suatu kejuaraan beserta kalung medali juara yang digantung di bingkai foto bagian luar.
Tak hanya sampai disitu, kegemarannya pada basket ini berhasil mengantarkannya masuk perguruan tinggi negeri lewat jalur bakat dan prestasi. Sebuah pencapaian yang mengagumkan. Saat ini, ia sedang menempuh perkuliahan pada program studi Sastra Jepang dan berada di semester empat. Kedua orangtuanya sangat bangga dengan hal tersebut.
Selain olahraga, Erika punya hobi baca terutama komik. Sudah berkaca mata sejak kelas tiga, koleksi buku, majalah, dan komik miliknya cukup banyak dimana sebagian besar berupa manga. Tak hanya baca, ia juga tertarik menggambar kartun dan animasi. Pernah ikut les menggambar tapi ia merasa bakatnya bukan disitu.
Orangtuanya sangat memperhatikan pendidikan Erika sejak kecil. Ini bisa dilihat dari sekolah yang dipilih mereka yaitu sekolah bilingual bertaraf internasional. Atas nama masa depan sang anak, biaya fantastis bukan masalah bagi mereka. Ada semacam kepuasan dalam diri orangtua yang menyekolahkan anaknya di sekolah elit. Tak hanya gengsi didapat, tapi juga status sosial jadi meningkat.
Tak dipungkiri pengaruh pendidikan begitu besar dalam kehidupan seseorang anak. Pendidikan komersial seringkali terjebak dalam dikotomi aspek kognitif dan intelektual di satu sisi serta aspek spiritual dan emosional di sisi lain. Berupaya menyeimbangkan keduanya, dalam praktiknya yang sering tampak di permukaan adalah dominasi IQ lebih besar dibanding SQ atau EQ.
Dalam pendidikan komersial, prestasi akademik diporsir sedemikian rupa sementara pembentukan karakter dan kepribadian tidak terlalu dihiraukan atau diserahkan urusannya ke masing-masing anak karena dianggap ranah pribadi. Akibatnya, anak mungkin pintar secara akademis tapi jiwa dan mentalnya labil atau kurang matang. Pada gilirannya akan memberikan celah bagi munculnya masalah pada si anak di kemudian hari.
Selain pendidikan, peranan orangtua sangat penting dalam kehidupan sang anak. Orangtua dengan akses dana yang tak terbatas, sulit lepas dari jebakan money oriented. Apapun bisa diselesaikan dengan uang termasuk pendidikan. Biaya sekolah yang tak masuk akal tak jadi soal bagi mereka. Fenomena ini tampak nyata dalam realitas kehidupan saat ini.