Lihat ke Halaman Asli

ahmad hassan

Freelancer

Filosofi Lebah yang Luput dari Macron

Diperbarui: 5 November 2020   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: rts.ch)

Saat ini semua mata tertuju pada gejolak sosial di Prancis. Dilatari pemuatan karikatur Nabi Muhammad di majalah Charlie Hebdo 1 September lalu, situasi memanas dan tidak terkendali. Charlie Hebdo yang selama ini terkenal kontroversial karena  antireligius, sayap kiri, dan anarkis, mendapat tempat dalam sistem sekuler Prancis. 

Buntut dari kartun tersebut, serangkaian aksi teror melanda Prancis. Ini bukan kali pertama terjadi. Negara ini kerap menjadi target teror sejak Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad untuk pertama kali pada 2015. Setelah itu, setidaknya telah terjadi 36 serangan teror dan menewaskan 161 orang di negeri mode ini. 

Merespon hal ini, Presiden Emmanuel Macron menegaskan sikapnya tidak melarang Charlie Hebdo atas penerbitannya. Pada saat bersamaan, dia menentang keras Islam radikal. Macron malah menyebut Islam sedang dalam krisis. Pernyataan yang kemudian menuai kecaman dari berbagai negara khususnya di Timur Tengah dan Afrika Utara termasuk Indonesia. 

Presiden Jokowi mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang dianggap menghina Islam dan melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Menurutnya, radikalisme dan terorisme merupakan perbuatan tercela dan tidak ada sangkut pautnya dengan agama manapun. Jokowi mengajak dunia mengedepankan persatuan dan toleransi beragama untuk membangun dunia yang lebih baik. 

Tak lama setelah pernyataan Macron, kondisi diperparah oleh peristiwa pemenggalan Samuel Paty, seorang guru yang sempat membahas kartun Nabi Muhammad di dalam kelas, oleh seorang migran muslim dari Chechnya. Sontak insiden ini memicu demonstrasi besar-besaran di Prancis menentang pembunuhan Samuel. 

Macron lagi-lagi menegaskan pendiriannya dengan membela Paty dan menganggapnya sebagai martir yang mengusung kebebasan berpendapat dan pelakunya adalah seorang Muslim radikal. Ia pun menindaklanjuti insiden ini dengan perintah pengawasan terhadap ormas Islam Prancis dan menutup sejumlah masjid yang mencurigakan. 

Bak gayung bersambut, gelombang demonstrasi anti Macron makin masif digelar di berbagai belahan dunia. Tak ketinggalan kritik pemimpin dunia. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyebut Macron tengah menyerang Islam dan dengan sengaja memprovokasi Muslim serta mendorong Islamofobia. 

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan pemboikotan terhadap barang-barang Prancis. Erdogan menyindir   kesehatan mental Macron setelah pidatonya tentang Islam radikal.
.......
Terkait fenomena di Prancis saat ini, mungkin kita perlu menengok perilaku lebah. Karena dalam diri lebah terkandung filosofi hidup yang berharga bagi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam kehidupannya, lebah seolah hendak memberi pelajaran kepada kita tentang bagaimana bersikap sebagai individu maupun sebagai bagian dari suatu komunitas. 

Lebah itu hewan kecil dengan banyak kelebihan. Salah satunya komunal atau bergaul. Mereka hidup berkoloni.  Memiliki solidaritas tinggi dan kesetiakawanan juga. Memegang erat prinsip kedamaian dalam pergaulan. Ini terlihat dari tiap tempat yang dia hinggapi, tidak menjadi rusak atau patah. Ini menunjukkan betapa santunnya hewan ini hingga dalam bergaul dia tidak menyakiti siapapun dan selalu menjaga suasana aman dan damai. 

Satu lagi ciri khas lebah adalah seakan punya kode etik lebah tidak akan mengganggu siapapun selama harga diri atau kehormatannya dijaga. Namun jika harga diri dan kehormatannya diusik, lebah dengan senang hati akan menggunakan senjata pamungkasnya, sengatan. Sungguh terhormat dan bermartabat hewan kecil ini.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline