Dalam beberapa bulan ini, terutama bulan september lalu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sedang menjadi-jadi di Kalimantan Selatan. Namun sampai saat ini, terhitung pada awal bulan november, masih saja ada titik api baru muncul yang membakar hutan dan lahan. Bahkan ada isu yang beredar, bahwa kabut asap yang dari Kalimantan menyeberang ke negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Kalau itu benar, dahsyat juga dampaknya sampai lintas negara. Tapi akhirnya isu itu ditepis oleh Menteri KLHK bahwa tidak ada kabut asap yang lintas negara.
Tak luput juga di desaku yang lumayan jauh dari pusat kota juga sering terjadi kebakaran lahan, terutama lahan sawah. Lahan sawah ini biasanya dibakar dengan sengaja agar tidak repot lagi membersihkan lahannya dan juga murah biayanya, cuma modal korek api atau sejenisnya sudah bisa membabat habis lahan sawah yang luas. Semudah itu bersihinnya, tapi tidak semudah dan semurah dampak yang diakibatkannya.
Beralih lagi ke daerahku berkuliah, yaitu Banjarbaru. Aku seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di UIN Antasari Banjarbaru. Di wilayah Banjarbaru inilah yang benar-benar terjadi sebuah kejadian kebakaran lahan dan hutan yang begitu banyak dan luas hampir setiap harinya terkecuali kalau harinya hujan, tapi jarang banget hujan karena di daerah Kalimantan Selatan khususnya Banjarbaru masih dalam periode musim kemarau.
Di Banjarbaru ini banyak sekali hutan dan lahan yang masih nganggur atau tidak diberdayakan oleh pemiliknya. Lahan dan hutan yang tidak diberdayakan ini lebih rawan terjadi karhutla, apalagi pada musim kemarau.
Terbakar atau Dibakar dengan Sengaja?
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan "kebakaran hutan dan lahan selama periode musim kemarau mayoritas disebabkan oleh faktor manusia". Saya sepakat dengan pernyataan ini. Anehnya ketika terjadi karhutla disini sering kali disodorkan pernyataan, terutama dikolom komentar media sosial, bahwa itu disebakan karena cuaca lah, musim lah, alam lah. Menurut saya, argumentasi yang seperti ini hanya mereka yang apatis, pasrah terhadap keadaan, dan hanya omong kosong saja atau mungkin bisa saja mereka sendiri pelakunya.
Satu waktu saya pulang kampung, dalam perjalanan pulang itu banyak sekali terjadi karhutla yang kebanyakan di masing-masing titik api itu besar dan luas. Kenapa di sini saya sebutkan "masing-masing titik api" karena memang banyak titik api dan itu besar serta luas yang terjadi pada waktu itu. Bahkan waktu kejadiannya begitu berdekatan atau mungkin saja sama waktu kejadiannya. Lalu pertanyaan saya, bagaimana bisa cuaca/musim mampu menciptakan banyak titik api dengan waktu hampir bersamaan? sepanas itukah musim kemarau sampai-sampai bisa membakar hutan dan lahan begitu banyak? Dilihat dari cuaca/musim kemungkinannya sangat kecil untuk bisa menyebabkan karhutla dalam waktu yang kurang lebih berdekatan kejadiannya.
Alhasil, faktanya memang ada oknum yang dengan sengaja membakar lahannya dengan dalih lahan milik sendiri, artinya dia mempunyai hak untuk itu, tapi haknya itu perlu digunakan dengan tepat dan sesuai. Beberapa media pun sudah banyak memberitakan pelaku pembakaran yang tertangkap tangan, ada juga pelaku yang terang-terangan membakar lahan sawahnya yang berada disekitar rumahnya dan ketika pemadam berdatangan dia hadang dan tidak dibolehkannya untuk memadamkan, entah apa yang ada dipikarannya saya tidak tau. Tapi ketika kebakaran itu sudah mulai dekat dengan rumahnya, dia langsung meminta bantuan kepada pemadam kebakaran, sungguh tinggi egonya, hanya mementingkan diri sendiri tanpa mementingkan orang lain.
Merebaknya Kabut Asap yang Menyebabkan Kerugian Kesehatan dan Materil
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menimbulkan kabut asap yang sangat pekat dan luas. Kabut asap ini sangat membatasi jarak pandang. Apalagi ketika di jalanan, hanya sekitar 5-10 meter saja kelihatan dengan jelas, sisanya hanya terlihat kabut putih bak seperti berada di negeri awan yang indah dimata, sulit dipernapasan. Mungkin itulah ungkapan yang cocok terhadap keadaan yang sering terjadi pada saat ini. Jelas sekali hal itu sangat berbahaya bagi pengendara yang beraktivitas diluar.