Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Hadromi

Saya Ahmad Hadromi seorang mahasiswa semester 4 dengan jurusan Ilmu Hukum

Gempa Garut Dirasakan Sampai Kota Bandung, Masyarakat Diimbau Tetap Tenang karena Tidak Berpotensi Tsunami

Diperbarui: 3 Mei 2024   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandung. Sumber ilustrasi: via KOMPAS.com/Rio Kuswandi

Pada Sabtu (27/04/2024), Kabupaten Garut diguncang oleh gempa berkekuatan 6,5 magnitudo yang terjadi di Samudra Hindia. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang karena gempa tersebut tidak berpotensi menyebabkan tsunami. Dia menekankan pentingnya untuk selalu mengikuti informasi yang diberikan oleh pemerintah setempat agar dapat menghadapi situasi dengan baik.

Bagaimana Gempa Ini Bisa Terjadi?

Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi dapat diklasifikasikan sebagai gempa bumi dalam lempeng, atau yang dikenal juga sebagai intra-slab earthquake. Ini terjadi ketika aktivitas deformasi batuan terjadi di dalam lempeng, khususnya di area di mana lempeng Indo-Australia tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa Barat. Fenomena ini disebabkan oleh proses subduksi, di mana satu lempeng tektonik tenggelam di bawah lempeng lainnya.

Gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik, yang dikenal sebagai thrust fault. Dalam konteks ini, thrust fault terjadi ketika tekanan horizontal menyebabkan satu bagian dari kerak bumi untuk didorong di bawah bagian lainnya, sering kali menghasilkan pergerakan vertikal. Ini adalah fenomena yang umum terjadi di zona subduksi, di mana lempeng tektonik bertemu dan saling berinteraksi.
 
Dalam gempa bumi intra-slab seperti ini, energi yang dilepaskan saat pergeseran batuan terjadi di dalam lempeng dapat menyebabkan guncangan yang kuat di permukaan bumi, meskipun episenternya berada di kedalaman yang signifikan di bawah permukaan laut. Intra-slab earthquake dan thrust fault adalah fenomena geologi yang penting untuk dipahami dalam upaya mitigasi risiko bencana gempa bumi di wilayah-wilayah dengan aktivitas subduksi yang tinggi.

Daryono berkata bahwa gempa bumi yang terjadi pada kedalaman 10 km dengan pusat gempa berada di laut 151 km barat daya Kabupaten Garut dirasakan juga di berbagai tempat di pulau Jawa, gempa ini dirasakan (MMI) IV Sukabumi, III-IV Bandung, III Tangerang, IV Tasikmalaya, III-IV Garut, III-IV Bogor, III Jakarta, III Kebumen, III Banyumas, III Cilacap, II Bantul, II Sleman, II Kulonprogo, II Trenggalek, II Malang.

Skala MMI (Modified Mercalli Intensity) merupakan sistem pengukuran yang digunakan dalam bencana gempa bumi untuk menilai seberapa besar dampak yang ditimbulkannya. Skala ini memberikan gambaran tentang tingkat intensitas gempa yang dirasakan oleh masyarakat dan dampaknya pada lingkungan sekitar. 

Berikut adalah ringkasan tingkat intensitas yang dirasakan pada setiap level MMI:
1. Intensitas I-II: Getaran sangat ringan yang umumnya tidak dirasakan oleh banyak orang dan tidak menimbulkan kerusakan apapun.
2. Intensitas III: Getaran terasa di dalam rumah tetapi biasanya tidak menyebabkan kerusakan.
3. Intensitas IV-V: Banyak orang dapat merasakan getaran, barang-barang mungkin bergerak, tetapi biasanya tidak ada kerusakan pada bangunan.
4. Intensitas VII-VIII: Terjadi kerusakan seperti retakan pada dinding rumah atau bangunan.
5. Intensitas IX-X: Terjadi kerusakan besar dengan kemungkinan runtuhnya bangunan.
6. Intensitas XI-XII: Bangunan mengalami kerusakan total dan terdapat kemungkinan tertimbun oleh tanah.

Respon Pemda Kabupaten Garut

Tidak seperti respons terhadap gempa Garut pada tahun 2022, gempa yang baru-baru ini terjadi belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat. Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat belum mengeluarkan Perbup untuk menanggulangi bencana ini, dengan alasan bahwa mereka masih dalam proses pendataan jumlah korban.

Herman Suryatman, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, menginstruksikan semua kepala perangkat daerah di wilayah tersebut untuk melakukan kunjungan lapangan guna mengawasi dan mengumpulkan data mengenai dampak gempa yang terjadi pada Sabtu (27/4) malam di sekitar Garut.
"Terutama kepala perangkat daerah yang mengemban tugas sebagai penjabat bupati atau wali kota di Jawa Barat, saya instruksikan untuk meninjau, turun langsung ke lapangan, dan mendata dampak dari gempa bumi semalam," kata Herman di Bandung, Minggu.

Bantuan yang biasa digelontorkan saat bencana di antaranya bantuan sosial atau jaminan hidup berupa bahan pangan. "Kami masih melakukan pendataan dan melakukan verifikasi mulai hari ini," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Aah Anwar Saefuloh, Selasa, 30 April 2024 di Posko Bencana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline