Lihat ke Halaman Asli

habibatuahmada

content writer

Mozart Effect Vs Al-Qur'an Effect

Diperbarui: 28 Desember 2020   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Wolfgang Amadeus Mozart, seorang pencipta dan penggubah musik klasik yang kini diyakini bisa membuat cerdas otak bayi sejak dalam kandungan. konon, musik ciptaan maupun gubahannya memiliki ritme yang sangat sempurna dibanding musik klasik lainnya.

Pengaruh-pengaruh musik Mozartpun kemudian dikenal dengan istilah mozart effect. Dunia barat gempar karenanya, awalnya, sekitar tahun 1950-an sudah dilakukan penelitian meski belum begitu dipublikasikan.

Dan orang-orang sudah meyakini bahwa musik Mozart ini memiliki kemampuan untuk menstimulasi otak anak, malahan 3 bulan sejak dalam kandungan. Artinya, otak anak sudah terasah sejak ia masih berumur 3 bulan di dalam kandungan.

Mozartpun menjadi pujaan dimana-mana. Mitos yang muncul di tahun 1950 di Amerika menjadi sebuah barang dagangan yang laris setelah Dr. Gordon shaw meneliti ulang musik Mozart pada tahun 1995 dan memunculkannya dalam jurnal Neuroscience Letter. Dan yang jadi korban adalah masyarakat awam terhadap ilmu soal musik, mereka hanya ikut-ikutan saja tanpa pengetahuan yang pasti apa itu mozart effect.

Pada tahun 1998, gubernur Georgiapun membagikan secara gratis kepingan-kepingan kaset berisi musik klasik Mozart. Lalu, diikuti oleh daerah lainnya yang bahkan mewajibkan sekolahan memutar musik itu di sekolahan sebagai sebuah  santapan wajib bagi para siswa, salah satunya adalah Florida.

Lalu apa hubungannya musik dan kecerdasan?. Apakah teori mozart effect itu langgeng?. Apakah semua selalu setuju dengan mozart effect?. Apakah muncul penelitian lain yang membantah penelitian-penelitian tadi?.

Setiap suara atau sumber bunyi di alam semesta ini memiliki frekuensi sendiri-sendiri. Yang mana dari setiap frekuensi itu juga akan berakibat terhadap otak, karena didalam otak ada yang dinamakan reseptor atau penerima sinyal.

Sedikit orang yang paham bahwa musik sebenarnya memengaruhi mental, emosi, fisik dan spiritual, dan hal itu sudah diteliti oleh para ilmuwan sejak dulu. Musik yang kita dengarkan juga dapat memengaruhi saraf otonom yang mana saraf ini mengatur soal denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus, dan lain-lain. Inilah salah satu latar belakang kemunculan teori Mozart effect.

Namun di sisi lain, banyak sekali situs yang memuat bantahan terhadap teori Mozart, Bahkan di situs asal negara Mozart sendiripun, Austria tepatnya Vienna juga begitu. Terlebih setelah Jacob pietschning (kepala penelitian dari universitas Vienna) merilis hasil penelitiannya tentang ketidakbenaran Mozart effect yang melibatkan sekitar tiga ribu partisipan, mulai bermunculan riset pendukung dari berbagai negara, mereka yang merasakan bahwa musik Mozart tidak memiliki efek signifikan kemudian ramai-ramai membuat bantahan. Dari segi partisipan, jelas Jacob lebih banyak daripada Dr. Gordon shaw dan rekannya yang hanya melibatkan puluhan orang saja.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, "kenapa bisa seperti itu ? bukankah teori Mozart effect ini sudah sangat mendunia? bukankah teori Mozart effect ini juga didukung oleh penelitian secara ilmiah?".

Nah, kita kembali kepada riset ilmuwan di tahun 1993, begini pertama kali muncul istilah mozart effect :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline