Lihat ke Halaman Asli

Ketulusan Dalam Aktivitas

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai pekerja ataupun pelajar, tentunya kepenatan sering mendera seiring berjalannya aktivitas yang statis dan monoton. Aktivitas pagi sampai petang selalu sama, senin sampai minggu tak ada beda. Hal tersebut tentunya membosankan dan melelahkan, sehingga tak jarang aktivitas dan tempat yang berbau maksiat jadi tujuan. Etos dan displin kerja serta belajar semakin pudar dan mulai kehilangan esensinya. Akibatnya pun tidak cuma diterima secara individu tapi juga secara kolektif, mulai lingkungan kerja atau sekolah hingga lingkungan rumah. Interaksi sosial juga mulai berubah arah, dari awalnya awalnya produktif dan aktif menjadi konsumtif dan pasif.

Dari kesemuanya, akibat itu sebenarnya berawal dari aktivitas yang tidak berprinsip. Memang misi dan tujuan menempati urutan pertama dalam berbuat, namun pentingnya prinsip juga tidak bisa dielakkan. Terlebih, tren pelajar sekarang yang semakin mengabaikan prinsip dan cita-cita dan hanya memuja kesenangan belaka. Masalah itu tampak dari kasus mencontek yang merajalela, dan hasil pembelajaran yang tidak bisa disebut prestasi.

Ketulusan dalam setiap aktivitas

Prinsip paling mendasar dari setiap aktivitas adalah ketulusan. Seperti halnya cinta, ketulusan menjadi sumber keabadian. Melestarikannya tanpa butuh banyak alasan. Sebaliknya manakala cinta menjadi motif untuk meraup keuntungan, maka jangan kira karma akan lupa pada tugasnya.

Sedikit berbeda antara konsep ketulusan dalam bekerja dan cinta, dalam bekerja ketulusan harus diselaraskan dengan etos untuk mewujudkan visi serta menyelesaikan misi. Sehingga kita bekerja atau belajar bukan hanya karena atasan atau guru, namun lebih pada aktivitas tanpa pamrih untuk kepentingan umum dan tentunya ridho ilahi. Dan hasilnya mungkin akan diluar dugaan, maka penanaman konsep ketulusan perlu diajarkan sedini mungkin pada anak. Karena gelar dan prestasi hanyalah tujuan semu, yang mana kenikmatan dalam berproses melalui prinsip ketulusanlah klimaks dari beraktivitas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline