Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Gaus

Seorang yang gemar menulis

Sepotong Senja untuk Dea

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SEPOTONG SENJA UNTUK DEA

Berdirilah di puncak sepiku

biarkan angin meniup rambutmu

menebarkan harum bunga padma

agar kuingat kembali kapan terakhir kali

aku menciumnya di senja yang senyap

agar aku tahu ke mana harus menjemputmu

membawa kabar tentang rindu yang merekah

di pohon-pohon stroberi

datanglah seperti dulu engkau memintaku

menjadi kekasih musim dinginmu.

Kerinduan telah merontokkan jiwa

seperti sirine yang meraung-raung

di terowongan masa lalu

membuatku bersimpuh

bagai pengembara yang terluka.

Malam begitu dingin tanpa anggur

yang kautuangkan dengan lidah membara

membakar seluruh nafas rinduku

Cinta akan membuat jalannya sendiri, kekasihku

— di hutan atau semak belukar yang tak pernah dilewati

jika masih berpikir untuk membuat pilihan

kita akan hidup dalam keterasingan.

Bukankah hidup ini teka-teki, dan cinta adalah jawabannya

cinta telah lahir sebelum ada pertanyaan

dan kita tidak perlu membuat istana dari kayu atau pualam

untuk melindunginya dari kotoran debu

cukuplah ia dititipkan pada angin musim dingin

yang datang dan pergi.

Di sudut matamu senja bersimpuh

kesunyian menghimpit sebelum malam menutup tabirnya

besok pagi fajar akan datang lagi

rindu akan menyulam kesendirian lagi.

-- 21 November 2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline