Pahlawanku teladanku kita ikuti jejak pendahulu
Mari kita awali dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk para pejuang di seluruh Indonesia yang telah mendahului kita maupun yang masih ada, kita masih bisa menghirup udara bebas, menikmati kemerdekaan, mengisi kemerdekaan, semua ini karena jasa para pahlawan. Beliau-beliau sudah memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga titik darah terakhir. Berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing dimulai.
Para pembaca di manapun berada, 10 November merupakan hari nasional di Indonesia, tanggal tersebut untuk diperingati sebagai hari Pahlawan. Dari sekolah dasar (SD) sampai tingkat perguruan tinggi sudah mengenal adanya hari bersejarah ini, artinya seluruh bangsa Indonesia sudah maklum adanya, bahwa tanggal 10 November sudah diketahui bersama, merupakan hari yang bersejarah sebagai hari Pahlawan, sekaligus kita dapat jadikan sebagai momentum untuk meneladani akhlak-akhlak beliau, perjuangan beliau, jejak-jejak sejarah beliau.
Mudah-mudahan kita sebagai generasi penerus, baik generasi Z, generasi Milenial, serta generasi yang lain selalu dapat mengisi kemerdekaan sesuai harapan para tokoh pejuang nasional kita.
Peristiwa 10 November melahirkan beberapa tokoh utama yang selalu berkaitan erat dengan perjuangan melawan Belanda dan sekutu. Dari berbagai literatur mengatakan peristiwa ini berawal ketika Belanda dan sekutu datang kembali ke Kota Surabaya dengan tujuan melucuti tentara Jepang yang sudah menyerah. Netherlands Indies Civil Administration (NICA) punya niat terselubung ingin menjajah kembali Negara Indonesia.
Atas ulah Netherlands Indies Civil Administration (NICA) tersebut telah memicu perlawanan dari warga Surabaya, baik dari kalangan remaja, pemuda sampai yang tua pun ikut melakukan perlawanan demi mengusir Belanda dan sekutu agar tidak menjajah kembali.
Pasukan yang datang ke Surabaya yang pertama adalah Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang mendarat pada tanggal 29 September 1945. Pasukan AFNEI ke Indonesia dipimpin oleh Sir Philip Christison, tujuan awal pasukan ini untuk mengamankan wilayah Indonesia khususnya pulau Jawa dan pulau Sumatera dikarenakan pasukan Jepang sudah menyerah terhadap sekutu.
Jika kita buka berbagai macam literatur tentang Pasukan AFNEI maka kita dapati ada tiga divisi yang menuju ke wilayah Indonesia, yaitu ; yang pertama yaitu divisi India ke-23 di bawah pimpinan Mayor Jenderal D.C How Town untuk wilayah Jawa Barat, yang kedua divisi India ke-5 di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang bertugas untuk Jawa Timur, dan divisi yang ketiga yaitu divisi India ke-26 di bawah pimpinan Mayjen H.M. Chambers yang ditugaskan untuk wilayah Sumatera.
Selain Jawa dan Sumatera, keamanan di bekas penjajahan Jepang diserahkan kepada Angkatan perang dari negara Australia. Tugas ini diberikan untuk mengamankan proses penyerahan dan melucuti senjata dari tentara Jepang yang menyerah kepada sekutu.
Pasukan AFNEI pada saat awal disambut baik oleh seluruh bangsa Indonesia, karena mereka datang bertujuan damai yaitu mengamankan wilayah Indonesia agar proses pelucutan dan penyerahan tentara Jepang berjalan aman, tapi seiringnya berjalan waktu ternyata Pasukan AFNEI membawa pejabat-pejabat Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang merupakan sistem administrasi di bawah naungan kerajaan Belanda.
Para pejuang yang mengetahui keadaan tersebut marah, kemudian melakukan perlawanan-perlawanan di mana-mana terutama wilayah Jawa dan Sumatera, sehingga kita ketahui bersama di Surabaya dikenal dengan pertempuran Surabaya, di Bandung dikenal dengan pertempuran Bandung Lautan Api, di Sumatera dikenal dengan pertempuran Medan Area dan begitu juga di tempat-tempat lain seperti di Ambarawa dikenal dengan Palagan Ambarawa.