Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Farhan Ibnu Hatta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Desa Wisata Grogol, Potensi Wisata yang Sempat Kurang Didukung Masyarakat Setempat

Diperbarui: 11 Juni 2022   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Yogyakarta,-- Desa Wisata Grogol yang cukup terkenal di Daerah Istimewa Yogyakarta ternyata sempat mengalami kesulitan pada saat perintisannya, bahkan tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat.

Desa Wisata Grogol yang terletak di daerah Seyegan, Sleman menjadi salah satu destinasi wisata pilihan yang dapat dikunjungi wisatawan. Menurut pengakuan Esti Nurhayati, Sekretariat Desa Wisata Grogol, pada mulanya desa wisata ini dibentuk karena kondisi Kecamatan Seyegan yang merupakan kecamatan termiskin di Sleman.

"Dengan kondisi Kecamatan Seyegan saat itu yang menjadi kecamatannya termiskin di Sleman sampai saat ini, kami dari perintis desa wisata itu berharap ada suatu kegiatan yang bisa membantu perekonomian masyarakat, terutama penduduk Grogol dan sekitarnya. Kan kebanyakan petani dan pelaku-pelaku budaya. Akhirnya, tercetuslah ide dari saat itu belum pada mengenal yang namanya desa wisata. Akhirnya dicetuskanlah desa wisata dengan berbagai halangan yang luar biasa saat itu, akhirnya jadilah desa wisata pada tahun 2012," tutur Esti.

Sumber dana yang diperoleh untuk mengembangkan desa wisata ini pun cukup sulit. Para perintis mengajukan PNPM Mandiri ketika zaman Presiden SBY dengan mengajukan proposal dan persyaratan lainnya untuk mendapatkan dana. Support dari Dinas Pariwiasata ketika itu juga membantu perintisan desa wisata tersebut.

Esti mengatakan setelah erbagai halangan ditempuh oleh para perintis, akhirnya banyak pelaku yang turut bersedia mengelola dan mengembangkan Desa Wisata Grogol.

"Ya pemberdayaan masyarakat, ya semua masyarakat yang ada. Iya itu tadi ada yang langsung terjun dan ada secara tidak langsung dari pengelola sampai UMKM yang membantu perputaran wisata yang ada di desa wisata Grogol," ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, desa wisata ini semakin berkembang dan banyak pengunjung yang berwisata di Desa Wisata Grogol. Bahkan, ketika pandemi covid-19, banyak pengunjung yang sudah melakukan booking.

"Kalau sebelum pandemi itu yang paling bagus tahun 2017. Saat itu, belum banyak desa wisata, jadi banyak sekali tamu omsetnya kurang lebih sampai 1,5 M saat itu setahun. Kemudian, 2018 mulai menjamur desa wisata menurun lah pengunjung. Lagian saat itu kita belum belum mengenal sosmed karena terbatasnya SDM yang kemudian setelah itu tahun 2019 sebelum sebelum pandemi itu rata-rata jumlah pengunjung yang datang total pengunjung 12.000 satu tahun, jadi ya jadi perbulan itu 1000 pengunjung. Sampai pas sebelum pademi ada itu kita itu sudah jadwal di papan jadwal pengumuman itu udah penuh sebenarnya dari Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September itu sudah ada yang booking," ungkap Esti.

Kunci dari eksistensi Desa Wisata Grogol adalah mengikuti tren wisata yang ada. Selain itu, Esti juga mengungkapkan mereka terus berkreasi dan berinovasi agar budaya yang ada di wilayah Grogol dapat menjadi potensi wisata yang menarik wisatawan dan tidak membosankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline