Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Faramarz Ghalizhan

mahasiswa Teknik Kelautan FTK ITS Surabaya

Mengenal Seawall, Dinding Laut Pelindung Erosi Pantai

Diperbarui: 26 Januari 2021   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Breakwater dan Seawall. | situstekniksipil.com

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Oseanografi oleh Ahmad Faramarz G, mahasiswa Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (DTK FTK ITS) Surabaya.

Bangunan laut memudahkan manusia dalam berbagai aktivitas rekayasa mulai dari garis pantai hingga laut lepas. Modifikasi dan berbagai jenis struktur ini didesain di garis pantai seperti dinding laut, jetty, breakwater, dan lainnya. Kita dapat melihat contoh bangunan laut ketika kita berkunjung ke beberapa pantai di Indonesia, seperti Seawall (dinding laut) di Pantai Nguyahan di Yogyakarta, yang dibuat oleh para ahli dengan bermacam tujuan, utamanya mencegah atau mengurangi cipratan/limpasan air laut dan banjir di tanah belakang garis pantai akibat badai dan gelombang. Maka dari itu, seawall dibuat sejajar dengan garis pantai agar melindungi pantai dari pengikisan tanah atau erosi.

Seawall pada dasarnya terbuat dari beton, susunan batu besar, gabion, turap baja dan kayu, serta konstruksi padat lainnya yang masih memungkinkan seperti kayu, kaca fiber, hingga karung pasir berisikan rami dan sabut. Komposisi yang digunakan disesuaikan keadaan pantai agar tidak merusak organisme yang hidup di sekitarnya. Selain bahan penyusun, bentuk dan struktur Seawall memiliki bentuk yang bervariasi tergantung pada gaya yang akan diterimanya, aspek lokasi, iklim, kondisi organisme dan biota, posisi pantai, dan morfologi bentuk lahan. Dengan pertimbangan sebanyak ini, biaya yang dibutuhkan semakin banyak, para engineer kadang lebih memilih untuk mengelola manajemen pantai, bahkan hingga reklamasi pantai (beach replenishment).

Mekanisme yang dilakukan seawall bukan meredam energi gelombang laut yang datang, melainkan memantulkan kembali sehingga mengakibatkan penggerusan di bagian bawah seawall. Meski bagian tumit tergerus, risiko erosi akibat gelombang yang datang dapat dikurangi, meskipun dalam hal ini seawall memiliki 2 kelemahan. Pertama, telah disebutkan, bahwa gelombang laut yang dipantulkan akan menyebabkan gerusan di bawah dinding dan erosi pasir di bagian depan seawall. Kedua, dengan terhalangnya pasir di depan seawall, erosi akan lebih cepat pada daerah yang tidak terlindungi.

Gambar 2. Vertical Seawalls dan Curved/stepped Seawalls. | situstekniksipil.com

Seawall dibuat menjadi bermacam bentuk menyesuaikan kebutuhan dan keadaan yang ada. Tipe pertama, vertical seawall, dinding laut tegak cocok dibangun pada kondisi alam yang terbuka. Dinding ini lebih sederhana untuk dibuat namun bila badai menerjang, ketahanan dinding lebih cepat terkikis.

Tipe kedua, curved/stepped seawall, dinding melengkung atau berundak dapat menghentikan energi gelombang, mengirimnya kembali ke laut, dan mencegah permukaan air meluap melebihi dinding dengan dinding yang lebih tebal di bagian bawah. Dengan risiko yang sama seperti tipe pertama, tipe kedua menghasilkan pantulan energi gelombang yang lebih rendah dan turbulensi yang lebih rendah.

Gambar 3. Mound Seawalls | situstekniksipil.com

Tipe ketiga, mound seawall, dinding laut berbentuk gundukan yang menggunakan reventment (struktur miring, biasanya seperti bentuk persawahan di dataran tinggi). Gundukan ini digunakan pada daerah dengan tingkat erosi yang rendah, sehingga cukup menggunakan bulkhead (sekat) dan reventment dari geotekstil. Dua faktor inilah yang membuat seawall tipe ini mampu menyaring air dari gelombanh yang datang danmeminimalkan erosi. Kelebihan utamanya yaitu biaya yang rendah, dapat melindungi beton di daerah dalam karena terdiri dari batuan berpori, serta kemiringan yang membuat disipasi maksimum energi gelombang. Tentu saja durasi pemakaian tipe ketiga sangatlah pendek dan tidak direkomendasikan untuk pantai dengan energi gelombang yang besar.

Meninjau pada jurnal "Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Menuju pada Pengelolaan Wilayah Pesisir Berkelanjutan", data-data yang diperlukan dalam perencanaan konstruksi bangunan laut meliputi lima hal:

1. Peta lokasi studi,

2. Data arah dan kecepatan angin, dalam hal ini dapat kita gunakan diagram mawar angin (Windrose)

3. Peta bathimetri, menunjukkan detail kedalaman laut dari garis pantai,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline