Lihat ke Halaman Asli

Dari Sapi, BBM dan Bagian dari Kegalauan PKS

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kasus Impor Sapi yang melibatkan presiden PKS Lutfi Ishaq serta para elit PKS sungguh tamparan keras bagi PKS, PKS yang dikenal bersih dan peduli serta moral yang berbasiskan pada religiusitas sekarang mulai dipertanyakan. Tamparan keras membuat PKS hilang arah dan galau akan nasib mereka di hadapan publik. Berbagai cara untuk mengembalikan kepercayaan kader dan masyarakat dimulai dengan pergantian ke Anis Matta mengadakan Taubat Nasional bagi para kader-kader PKS.

Tidak cukup itu Presiden PKS kemudian sering berkunjung ke wilayah basis ormas seperti NU maupun Muhammadiyah seperti sowan para kyai dan tokoh masyarakat.(http://www.pkspiyungan.org/2013/06/ponpes-terima-baik-anis-matta.html). Seperti dikatakan dalam Macheavelli bahwa melakukan segala cara dalam mempertahankan kekuasaan. Dalam posisi seperti ini, PKS melakukan segala cara demi meraih simpati kembali oleh rakyat.

Pemilu 2014 yang semakin dekat membuat PKS harus memutar ide bagaimana menaikkan citra positif salah satunya momen kenaikan BBM yang diusung oleh Pemerintah memberikan ide segar bagaimana PKS memainkan positinioning bargaining dalam sekretariat gabungan. Permainan ala PKS  bergerak offensive (menyerang) dan defensif (bertahan). PKS menyerang bertubi-tubi tidak setuju akan kenaikan BBM supaya menaikan citra PKS dan elektabilitas partai, baik yang ditunjukkan dengan sikap fraksi PKS maupun dari spanduk yang dibentangkan oleh PKS. Dilema muncul, ketika 3 Menteri memainkan posisi defensif (bertahan)  setuju mendukung kebijakan kenaikan BBM.

Permainan ini bisa dikatakan bahwa PKS ingin shocktherapi bagi partai pengusung pemerintah bahwa mereka sangat penting dalam Setgab dan PKS ingin memberikan gertakan supaya tidak dijadikan diskriminasi dalam pemberantasan korupsi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline